JAKARTA, KOMPAS.com – Polri mengeklaim bahwa gas air mata tidak mematikan meskipun digunakan dalam skala tinggi. Hal tersebut disampaikan Kadivhumas Polri Irjen Dedi Prasetyo, Senin (10/10/2022).
Namun, benarkan klaim Dedi?
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat justru mengemukakan fakta bertolak belakang.
Sebagai informasi, CDC merupakan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, ssebuah badan Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat ASyang kerap menjadi rujukan portal-portal kesehatan.
Baca juga: Polri: Gas Air Mata Dalam Skala Tinggi Tidak Mematikan
Dalam artikelnya soal gas air mata/pengendali massa, CDC secara terang-terangan menyebutkan bahwa gas air mata dapat berkorelasi pada kematian dalam kondisi tertentu.
“Keterpaparan gas air mata pada waktu yang lama atau dosis yang tinggi, terutama dalam ruang tertutup, dapat menyebabkan dampak serius,” tulis CDC dalam artikel yang dikutip Kompas.com, Senin (10/10/2022).
“Di antaranya yakni kebutaan, glaukoma (yang dapat berakhir pada kebutaan), kematian langsung akibat luka bakar serius di tenggorokan dan paru-paru, kegagalan pernapasan yang dapat berujung pada kematian,” ucap mereka.
Baca juga: Polri Sebut 131 Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan karena Kurang Oksigen, Bukan Gas Air Mata
Dalam Tragedi Kanjuruhan, Malang, 1 Oktober 2022, di mana sedikitnya 131 orang tewas setelah polisi menembakkan gas air mata ke tribun selatan, kondisi yang serupa terjadi.
Penggunaan gas air mata ini yang diyakini penyebab timbulnya banyak korban.
Para suporter lari tunggang-langgang menghindari gas air mata, namun berakhir dalam kondisi berdesakan, terjebak dalam ruang sempit di pintu-pintu keluar yang terkunci.
Terkait penggunaan gas air mata ini, kepolisian justru meyakini bahwa hal itu tak terkait dengan banyaknya korban tewas dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan gas air mata tidak mematikan meskipun digunakan dalam skala tinggi.
Hal tersebut berdasarkan keterangan ahli kimia dan persenjataan sekaligus dosen di Universitas Indonesia dan Universitas Pertahanan, Mas Ayu Elita Hafizah serta Guru Besar Universitas Udayana sekaligus ahli bidang Oksiologi atau Racun Made Agus Gelgel Wirasuta.
“Beliau (Made Agus Gelgel) menyebutkan bahwa termasuk dari doktor Mas Ayu Elita bahwa gas air mata atau cs ini ya dalam skala tinggi pun tidak mematikan,” kata Dedi.
Baca juga: TGIPF Duga Ada Kepentingan Iklan Rokok di Laga Sepak Bola Malam Hari
Dedi mengatakan, dalam kejadian di Stadion Kanjuruhan, ada 3 jenis gas air mata yang digunakan, yakni pertama berupa asap putih atau smoke.