Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Capres PDI-P 2024 dan Pertaruhan Trah Soekarno di Partai Banteng

Kompas.com - 30/09/2022, 05:40 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PDI Perjuangan belum juga mengumumkan calon presiden (capres) yang akan mereka usung pada Pemilu 2024.

Ditegaskan berulang kali oleh para elite partai banteng, perihal pencapresan menjadi wewenang ketua umum Megawati Soekarnoputri.

Sejauh ini, dua nama digadang-gadang menjadi capres terkuat PDI-P, yakni Puan Maharani dan Ganjar Pranowo.

Meski demikian, belakangan, gelagatnya PDI-P lebih memihak ke Puan, sang putri mahkota.

Spekulasi ini bukan tanpa alasan. Sejak beberapa bulan lalu, Puan mendapat tugas khusus yang dimandatkan langsung oleh sang ibunda, Megawati, pemegang tahta tertinggi partai.

Baca juga: Survei SMRC Sebut Puan Tak Tingkatkan Elektabilitas PDI-P, Justru Gerus Suara

Ketua DPP PDI-P itu diperintahkan melakukan safari politik ke partai-partai lain dalam rangka persiapan menuju 2024.

Tak hanya itu, Puan juga dipercaya oleh Mega buat keliling Indonesia, bertemu kader-kader PDI-P di daerah.

“Ya pertama sebagai Ketua DPP partai, sebagai Ketua DPR, saya ditugaskan, inget ya ditugaskan Ibu Ketua Umum (Megawati) untuk muter-muter, untuk ketemu sama keluarga besar PDI Perjuangan,” kata Puan dalam keterangannya, Senin (4/7/2022).

Paling baru, terungkap adanya sejumlah kader PDI-P yang mengupayakan pencapresan Puan dengan membentuk forum bernama Dewan Kolonel.

Kelompok itu diinisiasi oleh kader PDI-P Johan Budi sekitar 2-3 bulan lalu. Anggotanya berjumlah 12 kader PDI-P di antaranya Utut Adianto, Bambang Wuryanto, Hendrawan Supratikno, hingga Masinton Pasaribu.

Baca juga: Aksi Kontroversial Puan Maharani, dari Lempar-lempar Kaus Sambil Cemberut, hingga Menanam Padi Saat Hujan

Pembentukan Dewan Kolonel telah direstui oleh Puan. Dewan ini membawa misi meningkatkan elektabilitas putri Megawati itu di seluruh daerah pemilihan hingga mengantarkanmya ke gerbang pencapresan.

"Kalau bahasanya Pacul (Bambang Wuryanto) kan bagaimana mewangikan Mbak Puan di dapil kita masing-masing," kata anggota Fraksi PDI-P Trimedya Panjaitan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (20/9/2022).

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto memastikan bahwa struktur Dewan Kolonel tak ada dalam AD/ART PDI-P. Namun, forum itu tak akan dibubarkan karena dianggap sebatas guyonan.

"Mana ada di dalam partai, struktur seperti militer. Jadi partai kan yang dikenal dewan pimpinan pusat partai, dewan pimpinan daerah, dewan pimpinan cabang, hingga anak ranting," kata Hasto di Sekolah Partai PDI-P, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (21/9/2022)

Lain Puan, lain lagi dengan Ganjar. Gubernur Jawa Tengah itu seakan semakin terpinggirkan dari radar pencapresan partainya sendiri.

Acap kali Ganjar tak diundang di acara PDI-P yang digelar di wilayah kekuasaannya di Semarang, Jawa Tengah.

Berkali-kali dia juga disentil oleh elite PDI-P, disebut kemajon (kelewatan) dan kemlinthi (congkak) karena berambisi maju sebagai capres.

Baca juga: Puan: Kalau Ada yang Mau Saya jadi Presiden, Ya Alhamdulillah, tapi...

Ganjar sendiri tak sekali dua kali mengatakan bahwa dirinya tunduk pada keputusan Megawati perihal pencapresan.

"Yang menentukan (capres) juga partai, kalau sudah ditentukan," katanya saat ditemui di Sekolah Partai PDI-P, Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (22/9/2022).

Persoalannya kini, elektabilitas Puan menurut survei berbagai lembaga masih sangat minim. Angkanya hanya di kisaran satu persen.

Dalam urusan ini, Puan tertinggal jauh dari Ganjar yang elektabilitasnya hampir selalu menempati urutan tertinggi di kisaran 20 persen.

Jika demikian, lantas, mengapa PDI-P berat sebelah ke Puan?

Trah Soekarno

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai, perangai PDI-P beberapa waktu belakangan memang memperlihatkan sinyal dukungan ke Puan untuk maju sebagai capres 2024.

Menurut dia, ini tak lepas dari latar belakang Puan sebagai putri Megawati. Besar kemungkinan, PDI-P hendak menjaga eksistensi mereka sebagai partai trah Soekarno.

Baca juga: Berat Sebelah PDI-P ke Puan soal Pencapresan dan Potensi Manuver Ganjar...

Jika Ganjar yang diusung PDI-P, pergerakan trah Soekarno di jajaran pemimpin negeri berpotensi terancam.

"Saya melihatnya ini untuk menjaga trah Soekarno tetap bisa eksis di dunia politik Indonesia," kata Ujang kepada Kompas.com, Kamis (22/9/2022).

"Kalau Ganjar yang diusung, maka suka tidak suka, pasca-Megawati, trah Soekarno itu akan habis. Itu yang saat ini sedang dijaga oleh Bu Megawati dan para punggawa besar lainnya di PDI-P," tuturnya.

Menurut Ujang, wajar saja jika PDI-P hendak melanggengkan trah Soekarno di partai mereka. Hanya saja, partai berjargon partai wong cilik itu perlu bekerja keras buat mendongkrak elektabilitas Puan.

Ujang menilai, mencalonkan Puan sebagai capres sangat berisiko pada kegagalan PDI-P.

"Bagaimanapun seorang capres harus memiliki elektabilitas yang tinggi. Itu menjadi tugas berat dari para pengurus PDI-P untuk bisa menjadikan Puan sebagai capres," katanya.

Baca juga: Dewan Kolonel Vs Dewan Kopral, Perang Dukungan buat Puan dan Ganjar Maju Pilpres 2024

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam juga berpandangan demikian. Dosen Universitas Paramadina itu menilai, sekarang merupakan momentum tepat buat Puan buat maju ke panggung pilpres.

Pengalaman politik yang panjang mulai dari jabatan Ketua Fraksi PDI-P, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), hingga kini Ketua DPR RI, dinilai cukup menjadi bekal Puan melenggang ke gelanggang pemilihan nasional.

"Jika tidak sekarang, atau jika PDI-P memberikan kesempatan pada kader lain, maka besar kemungkinan Puan akan kehilangan momentum terbaiknya," kata Umam kepada Kompas.com, Rabu (21/9/2022).

Sejalan dengan itu, peneliti ahli utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro menduga, keputusan PDI-P ihwal capres sudah bulat dijatuhkan ke Puan.

Sejak awal, PDI-P memang menjadi partai yang dimotori oleh trah Soekarno. Partai ini lahir dari sejarah panjang Partai Nasional Indonesia (PNI) besutan Sang Proklamator.

Sehingga, tidak heran jika kini PDI-P ingin memunculkan kembali keturunan Soekarno, setelah dua periode berturut-turut Joko Widodo, yang notabene bukan trah Bung Besar, memimpin tanah air.

"Jadi memang dari awal sebetulnya ini partai yang digawangi oleh trah," kata Siti kepada Kompas.com, Kamis (29/9/2022).

Baca juga: Survei SMRC: Ganjar Perkuat Elektabilitas PDI-P 15 Persen, Tertinggi Dibandingkan Lainnya

Digenjot

Meski survei banyak lembaga mengatakan elektabilitas Puan masih cekak, menurut Siti, itu tak menjadi soal bagi PDI-P.

Sebabnya, hasil survei barulah hitung-hitungan sementara. Elektabilitas tokoh versi survei hanya sebatas gambaran saja.

Siti yakin, PDI-P sudah memiliki kalkulasi sendiri terkait ini. Pun demikian, PDI-P dinilai sadar betul soal elektabilitas Ganjar yang besar.

"PDI-P selalu ikut pemilu dan tahu trik-triknya," kata Siti.

Baca juga: Ganjar Respons Larangan Megawati untuk Dansa Politik: Akrobatik Kali Ya

Ke depan, sejumlah strategi bakal dimainkan oleh PDI-P untuk menggenjot elektabilitas Puan. Tak hanya menerjunkan eks Menko PMK itu ke berbagai penjuru negeri, tetapi juga menebar baliho-baliho Puan di jalanan, dan masih banyak lagi.

Tak lupa, embel-embel Soekarno akan senantiasa dipakai dalam misi ini. Misalnya, menyertakan foto hingga menyematkan titel "cucu Soekarno" di baliho.

"Mungkin kekhasan budaya dari PDI-P seperti itu karena dianggap foto mendiang Bung Karno itu pemersatu, di situ yang bisa mengerek suara. Jadi tingkat elektabilitasnya ditambah fotonya mendiang Bung Karno," ujar Siti.

Siti menambahkan, dorongan PDI-P bagi Puan tak hanya untuk kepentingan pencapresan saja. Namun, lebih jauh, ini juga tentang tongkat estafet kepemimpinan kursi ketua umum partai banteng jika kelak Mega lengser.

"Kan ini Bu Mega belum estafet siapa ketum yang akan datang. Jadi memang ini momen yang Bu Mega bisa menyaksikan anaknya nyalon, lalu dipikirkan siapa ketum selanjutnya untuk menyempurnakan estafet," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com