AZYUMARDI Azra meninggal dunia pada Minggu (18/9/2022) di Malaysia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata pada Selasa (20/9/2022).
Dikenal luas sebagai intelektual muslim, sepertinya tak banyak yang tahu bahwa Azra pada 2010 mendapat gelar Commander of the Order of British Empire (CBE) dari Kerajaan Inggris dan berhak menyandang "Sir" di namanya.
Sebagaimana diberitakan harian Kompas edisi 1 Oktober 2010, Azra—panggilan jamak untuknya—mendapat pemberitahuan soal gelar ini pada 27 Juni 2010. Penganugerahan gelar dilakukan pada 28 September 2010.
Azra menjadi orang Indonesia pertama yang menyandang gelar CBE. Terlebih lagi, gelar CBE biasanya hanya diberikan kepada warga negara Inggris atau negara-negara persemakmuran bekas jajahan Inggris.
Baca juga: Rekam Jejak 70 Tahun Ratu Elizabeth II Bertakhta
Merujuk The Honour System of The United Kingdom, gelar kebangsawanan CBE diberikan kepada seseorang yang dinilai memiliki peran nasional menonjol dari tingkat yang lebih rendah, peran utama yang mencolok dalam urusan regional melalui pencapaian atau pelayanan kepada masyarakat, atau kontribusi inovatif yang sangat terkemuka di bidang kegiatannya.
Masih menggunakan rujukan yang sama, strata kebangsawanan CBE dalam jajaran The Most Excellent Order of the British Empire hanya di bawah gelar kekesatriaan, yaitu Dame/Knight Grand Cross (GBE) dan Damehood/Knighthood (DBE/KBE).
Gelar-gelar ini mulai diberikan sejak era Raja George V pada 1917, sebagai penghargaan bagi mereka yang telah mengabdi di luar arena perang, mencakup bidang seni, sains, kerja sosial, dan pelayanan publik. Penghargaan diberikan baik kepada personel militer maupun sipil, diberikan juga kepada mereka yang berkontribusi pada pelayanan komunitas.
"Wah, tidak ada sponsor-sponsoran. Saya mau usulkan tokoh-tokoh kita. Cuma Ratu kan punya tim sendiri. Mereka yang cari figur-figur yang menurut mereka layak menerima gelar- gelar itu," tutur Azra saat dikonfirmasi soal mekanisme pencalonan penghargaan tersebut. Tak ada pungutan biaya juga.
Baca juga: In Memorium Professor Azyumardi Azra: Senar Harpa Itu Telah Pergi
Kata muazin sejatinya berarti tukang azan, penyeru panggilan shalat dalam agama Islam. Namun, konteks Azyumardi Azra sebagai muazin bangsa menjadi lebih luas. Dia memperkenalkan wajah Islam di Indonesia yang moderat dan berkemajuan hingga ke tataran global.
Istilah muazin bangsa ini sejajar dengan diksi guru bangsa, tokoh bangsa, dan siapa pun yang kemudian menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Merujuk tulisan obituari Yohan Wahyu untuk Azyumardi Azra di Kompas.id, penggunaan pertama diksi muazin bangsa merujuk pada esai Alois A Nugroho dalam buku Muazin Bangsa dari Makkah Darat (2015).
Azyumardi masuk jajaran tokoh dengan menyandang sebutan itu laiknya Buya Ahmad Syafii Maarif— yang belum lama juga telah berpulang.
Baca juga: Ahmad Syafii Maarif dan Pesan Tantangan untuk Indonesia: Sebuah Obituari
Bersamaan, Azyumardi Azra adalah pengkritik yang keras bagi pemerintah, dalam penyampaian yang santun.
Seperti obituari yang ditulis Fachry Ali di harian Kompas edisi 19 September 2022, Azra punya kapasitas intelektualitas di atas rata-rata.