Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mustakim
Jurnalis

Eksekutif Produser program talkshow Satu Meja The Forum dan Dua Arah Kompas TV

Setelah Irjen Sambo Jadi Tersangka

Kompas.com - 10/08/2022, 10:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DRAMA kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J akhirnya mulai terbuka. Brigadir J kehilangan nyawa bukan akibat tembak-menembak antara sesama ajudan, tetapi karena menjadi korban pembunuhan berencana.

Setelah lebih dari empat pekan, kasus kematian Brigadir J mulai menemui titik terang. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan, Brigadir J meregang nyawa karena menjadi korban pembunuhan berencana, bukan karena tembak menembak seperti keterangan polisi sebelumnya.

Kapolri menyatakan, ada empat anak buahnya yang menjadi tersangka. Salah satunya Ferdy Sambo, jenderal bintang dua atasan Yoshua. Selain Ferdy Sambo, sejumlah rekan Yoshua sesama ajudan juga diduga terlibat dalam ‘pemufakatan jahat’. Mereka adalah Bharada Richard Eliezer atau Bharada E, Bripka Ricky Rizal atau RR, dan KM atau yang kerap disapa Om Kuat.

Baca juga: Rekam Jejak Irjen Ferdy Sambo, Eks Kadiv Propam Polri Tersangka Kasus Pembunuhan Brigadir J

Irjen Ferdy Sambo diduga memiliki peran kuat dan otak di balik peristiwa terbunuhnya Yoshua. Ferdy Sambo diduga memerintahkan anak buahnya untuk membunuh Yoshua.

Selain itu, Sambo juga diduga merancang skenario seolah-olah Yoshua tewas dalam baku tembak di rumahnya. Semua tersangka dijerat Pasal 340 subsider Pasal 338 jo Pasal 55 jo Pasal 56 KUHP. Para tersangka terancam hukuman maksimal hukuman mati.

Di bawah tekanan Jokowi

Masyarakat sebelumnya apriori dengan penanganan kasus ini, karena terjadi di internal Polri dan melibatkan jenderal. Apalagi banyak keterangan polisi yang janggal di awal.

Namun, langkah tegas Kapolri dalam menangani kasus ini membuat publik berbalik. Langkah berani Kapolri menuai apresiasi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menaruh perhatian besar pada kasus ini.

Ia mewanti-wanti Kapolri agar serius dalam menangani dan mengusut kasus kematian Brigadir J di rumah petinggi Polri. Jokowi juga meminta agar Polri menangani kasus ini secara terbuka dan tak ada yang ditutup-tutupi. Tak hanya sekali, Jokowi bolak balik menyampaikan hal ini.

Desakan juga disampaikan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD. Sejak awal ia menilai keterangan polisi terkait kasus kematian Yoshua ini janggal. Karena itu ia meminta agar Polri transparan dan tak ada yang disembunyikan.

"Cuci gudang"

Tak hanya menetapkan sejumlah tersangka. Kapolri juga mencopot dan memutasi sejumlah anak buahnya. Belasan personel kepolisian dicopot dari jabatannya dan dimutasi karena dianggap tidak profesional dan menghambat penanganan dan pengusutan kasus ini.

Dari sejumlah nama, tiga di antaranya merupakan perwira tinggi (pati) polisi, satu berpangkat bintang dua atau inspektur jenderal (irjen), dua lainnya berpangkat bintang satu atau brigadir jenderal (brigjen).

Ketiganya yakni Irjen Ferdy Sambo, Brigjen Hendra Kurniawan, dan Brigjen Benny Ali. Selain mereka, Kapolri juga sudah mencopot dan memindahkan belasan anak buahnya yang dianggap menghambat proses penyelidikan dan penyidikan.

Mereka diduga melakukan perbuatan tak profesional dan terindikasi menghambat olah TKP seperti menghilangkan atau merusak barang bukti. Hingga Selasa (9/8/2022) malam setidaknya ada 31 personel Polri yang diperiksa terkait penanganan kasus kematian Brigadir J.

Jumlah ini bertambah dari sebelumnya, sebanyak 25 orang. Dari jumlah itu, 11 orang di antaranya sudah ditahan.

Menurut Kapolri, jumlah ini masih mungkin bertambah menyesuaikan hasil temuan di lapangan.

Rekonsolidasi

Langkah Kapolri dalam menangani kasus kematian Brigadir J ini memang berani. Namun, bukan tanpa konsekuensi. Keputusannya menetapkan Irjen Sambo dan tiga ajudannya sebagai tersangka serta mencopot belasan anak buahnya pasti akan berdampak di internal Polri.

Soliditas Polri pasca penanganan kasus ini akan menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Pasalnya, sebagian dari personel yang terdampak kasus ini tak hanya personel Polri biasa, tetapi para perwira.

Baca juga: Ancaman Hukuman Irjen Ferdy Sambo Usai Ditetapkan Tersangka Pembunuhan Brigadir J

Sebagai perwira mereka tentunya memiliki pengaruh, baik di mata anak buah maupun kolega sesama perwira di Korps Bhayangkara. Bagaimana dampak politik di institusi Polri pasca penetapan Irjen Sambo sebagai tersangka? Apakah Polri akan tetap solid atau akan ada konflik terbuka?

Saksikan pembahasannya dalam talkshow Satu Meja The Forum, Rabu (10/8/2022), yang disiarkan langsung di Kompas TV mulai pukul 20.30 WIB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com