Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Sengkarut Dunia Islam di Ranah Kemanusiaan

Kompas.com - 05/08/2022, 12:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBAGAI insan paling kiwari yang sedang menghidupi zaman ini, apa yang kemudian bisa kita renungkan dari kehadiran kita di bumi?

Sementara secara genealogi, di dalam diri dan tubuh kita, tersimpan rekaman perjalanan panjang para pendahulu, yang telah lebih dulu menyambung rantai silsilah hingga ke sang pemula, Adam.

Kita sebagai anak, jelas berutang kelahiran dari bapa-indung, aki-nini, uyut, bao, janggawareng, udeg-udeg, kakait siwur, karuhun, hare-hare, galih asem, gropak waton, cendheng, giyeng, cumpleng, ampleng, menyaman, menya-menya, dan trah tumerah.

Itulah deretan istilah yang dimiliki bangsa ini untuk menghormati para leluhur kita. Maka pemahaman secara mudahnya begini; kita adalah trah tumerah yang sambung menyambung menjadi aku.

Kita tak benar-benar murni membawa kisah seorang diri. Tanpa kehadiran mereka sebelumnya, kita takkan pernah mengada.

Riwayat panjang perjalanan anak manusia inilah yang kemudian kita kenali sebagai kemanusiaan.

Di dalam diri kita, terikut kerumitan yang sedemikian rupa membingungkan, dan kita mesti memecahkan persandian itu satu per satu—sepanjang usia.

Satu di antara sandi utama yang harus kita pahami, yaitu nilai-nilai yang dikandung sejarah. Korpus terbesarnya tersimpan dalam Islam yang telah bertahan nyaris selama dua alaf di panggung peradaban manusia.

Al-Quran telah menerangkan dengan gamblang, bahwa Islam hadir sejak manusia mengembara di muka bumi kali perdana.

Nabi Ibrahim as, misalnya, menyebut kata ganti untuk diri sendiri dengan hanifa muslima (mencondongkan diri pada jalan kebenaran).

Jadi bukan Nabi Muhammad SAW yang ujug-ujug membawa obor Islam dari kegelapan zaman. Sudah sejak Nabi Adam as bahkan, Islam hadir sebagai ajaran. Baru pada era Muhammad SAW lah, Islam terbakukan sebagai sebuah sistem pedoman seperti yang kita ketahui hari ini.

Lantas apa yang menjadi misi utama para manusia yang condong pada kebenaran itu? Jika kita menilik gerak sejarah, maka tampaklah kesamaan mereka: mengembalikan harkat martabat manusia pada kesetaraan.

Ibrahim dari Ur, tak gentar menghadapi Namrudz yang lalim. Nabi orang Mesopotamia ini percaya betul betapa kekuatan sejati dan tak tertandingi, hanya milik Tuhan semata.

Musa as yang datang setelahnya juga sama saja. Tuhan menakdirkannya tumbuh besar dalam naungan Asiyah (Bithiah) binti Muzahim, istri Fir’aun.

Sementara pada saat yang sama, suaminya yang mengaku digdaya itu, sudah membunuhi begitu banyak bayi laki-laki yang lahir di Mesir.

Seperti juga Ibrahim, Musa pun alhasil terlibat perseteruan hebat dengan ayah angkatnya. Ia memimpin Bani Israil keluar dari penindasan, menuju Tanah yang Dijanjikan.

Isa putra Maryam juga tampil di garda depan melawan keangkuhan Herodotus. Selain mereka, beberapa nabi seperti Daud, Sam’un al-Ghazi (Samson), Daniel, dan ratusan ribu nabi lain, punya visi-misi serupa.

Muhammad selaku nabi pamungkas pun demikian adanya. Ia tak menduduki singgasana megah nan mewah seperti Kay Khusrow di Persia, atau Flavius Heraklius di Romawi Timur.

Bersama para sahabat dan pengikutnya, ia lebih memilih duduk sama rendah di atas ambal lusuh, kulit yang disamak, atau malah pelepah kurma, dan berdiri sama tinggi bila berhadapan dengan kezaliman.

Dalam laku lampah keseharian, Muhammad putra Abdullah, malah tak punya murid sama sekali. Ia lebih senang dianggap sahabat oleh para pengikutnya.

Seperti para nabi pendahulunya, kesederhanaan model seperti itu hanya bertahan hingga ‘Ali bin Abi Thalib purna tugas sebagai khalifah (amirul mukminin).

Agama yang berulangkali terbukti menjadi kekuatan besar kebudayaan manusia, sejak era Constantine yang penganut pagan merangkul Nasrani untuk mempertahankan kekuasaannya—kembali didomplengi oleh kereta kencana politik.

Abu Sufyan memindahkan pusat kekuasaan Islam dari Madinah ke Damaskus. Mendudukkan para keturunannya di atas glorifikasi yang menindas apa saja yang menghalangi dinasti mereka selama hampir satu abad.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MK Bakal Unggah Dokumen 'Amicus Curiae' agar Bisa Diakses Publik

MK Bakal Unggah Dokumen "Amicus Curiae" agar Bisa Diakses Publik

Nasional
PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

Nasional
Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Nasional
MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Nasional
Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Nasional
Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Nasional
FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

Nasional
Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Nasional
Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Nasional
Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

Nasional
Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

Nasional
Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com