JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Satuan Tugas Penyakit Mulut dan Kuku (Satgas PMK) Suharyanto, mengatakan pemerintah menargetkan kasus PMK di Indonesia sudah bisa berkurang dalam 6 bulan ke depan.
Oleh karenanya dia mengimbau agar Satgas PMK di daerah saat ini fokus kepada vaksinasi dosis pertama untuk hewan ternak.
"Ditargetkan dalam 6 bulan ke depan kasus PMK sudah bisa berkurang. Menyatakan bebas vaksinasi memang membutuhkan waktu," ujar Suharyanto sebagaimana dilansir dari siaran pers Satgas PMK, Senin (1/8/2022).
Baca juga: Pemerintah Dorong Percepatan Penanganan PMK di Daerah
Dia mengungkapkan, jumlah vaksin yang saat ini tersedia masih terbatas, total ada 3 juta dosis yang siap dialokasikan ke daerah.
Untuk mengatasi hal tersebut, Suharyanto menyarankan untuk setiap daerah memberlakukan skala prioritas hewan ternak yang lebih dulu diberi vaksin
"Stok vaksin yang ada mari difokuskan untuk vaksin pertama terlebih dahulu. Memang selama ini ada tenggang waktu antara vaksin pertama dan kedua sekitar 4-8 minggu, tapi saat ini dihabiskan dulu untuk vaksin pertama," jelasnya.
Baca juga: Kasus PMK Menurun dan Kurban Lancar, Wagub Jabar: Lanjutkan Vaksinasi Hewan Ternak
Lebih lanjut, Suharyanto kembali mengingatkan pentingnya penerapan 4 strategi yakni biosecurity, pengobatan, vaksinasi dan pemotongan bersyarat dalam penanganan PMK.
Untuk menambah efektifitas keempat langkah tersebut, dilakukan pula testing sebagai tindakan pencegahan penyebaran PMK semakin meluas.
Saat ini, testing yang dilakukan masih dilihat berdasarkan gejala klinis.
Tetapi, kata Suharyanto, pemerintah telah berencana dalam minggu depan akan ada alat testing secara ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang dilakukan untuk testing Covid-19 melalui Polymerase Chain Reaction (PCR).
Baca juga: Update 29 Juli: Kasus PMK di Indonesia Bertambah 4.195, Tertinggi di Jawa Timur
"Kalau biosecurity bisa dimaksimalkan tidak perlu dilakukan vaksinasi. Oleh sebab itu, daerah yang belum terpapar (PMK) harus dijaga. Apabila ada 1-2 hewan ternak masuk yang sudah terpapar langsung saja dipotong. Tetapi, jika jumlahnya banyak sebaiknya langsung diobati," tuturnya.
Suharyanto juga memperingkatkan dampak akibat PMK tidak bisa dianggap sepele, sebab penurunan ekonomi yang signifikan dapat mengakibatkan kerugian yang bisa mencapai triliun rupiah.
Sementara itu, menurut data Satgas PMK hingga 27 Juli lalu, kasus baru PMK mencapai 3.039 kasus dalam 24 jam.
Baca juga: Cegah Wabah PMK dari Indonesia, Bandara Perth Australia Uji Coba Keset Sanitasi
Dari penambahan kasus baru tersebut, secara kumulatif kasus PMK di Indonesia kini mencapai 430.171 yang tersebar di 268 kabupaten/kota di 22 provinsi.
Adapun mayoritas kasus PMK dialami sapi 414.169, kerbau 11.314, domba 1.569, kambing 3.072, dan babi 47 ekor.
Dari angka kumulatif kasus tersebut, 220.519 kasus dinyatakan sembuh, 199.188 masih belum sembuh, 3.952 mati, dan 6.512 potong bersyarat.
Adapun kasus aktif tertinggi berada di Provinsi Jawa Timur dengan 95.281. Disusul Aceh 26.966 kasus dan Jawa Tengah 21.156 kasus.
Baca juga: Jaga Momentum Kebangkitan Pariwisata, Pemprov Bali Kirim Rilis Penanganan PMK ke Australia
Sedangkan angka kasus sembuh urutan tertinggi di Provinsi Jawa Timur 70.559 kasus, Nusa Tenggara Barat 66.862 kasus dan Jawa Barat 34.048 kasus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.