Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kritik Ketentuan Pencalonan Presiden, Surya Paloh: Eksklusif bagi Kalangan Tertentu Saja

Kompas.com - 25/07/2022, 13:51 WIB
Tatang Guritno,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengkritik ketentuan pencalonan presiden di Indonesia.

Dalam pandangannya, ketentuan itu menyebabkan kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) hanya bisa diikuti oleh kelompok masyarakat tertentu.

“Hak mencalonkan diri sebagai presiden adalah hak seluruh warga negara. Namun, ketentuan yang ada membuatnya eksklusif bagi kalangan tertentu saja,” tutur Surya dalam pidato penghargaan gelar doktor kehormatan atau honoris causa dari Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Senin (25/7/2022).

Ia menilai, situasi saat ini menyebabkan kontestasi Pilpres hanya diikuti oleh ketua umum partai politik (parpol), pejabat publik, menteri, kepala daerah hingga mereka yang memiliki banyak uang.

Baca juga: Surya Paloh: Sekuat Apa Pun Kekuasaan Seseorang atau Kelompok Pasti Selesai Jua

Maka, Surya memilih konvensi sebagai solusi untuk memberi peluang pada semua kalangan.

“Konvensi adalah salah satu upaya demokratisasi dan moderasi hal tersebut. Ia menjadi cara untuk menyiasati agar kesempatan menjadi lebih terbuka bagi seluas-luasnya kalangan yang merasa mampu menjadi calon pemimpin negeri,” papar dia.

Surya pun menyinggung adanya upaya-upaya untuk menggunakan segala cara guna memenangkan pemilu dan mempertahankan kekuasaan.

Ia memandang, cara itu hanya menjadi pemicu perpecahan di masyarakat.

“Hingga pada akhirnya pemilu bukan lagi bagian dari upaya mencari solusi atas masalah-masalah bangsa akan tetapi malah menjadi problem baru bagi negara,”ungkap dia.

Baca juga: Dapat Gelar Honoris Causa dari Universitas Brawijaya, Surya Paloh Sampaikan Pentingnya Politik Kebangsaan

Maka Surya meminta semua pihak mengedepankan politik kebangsaan, dengan memperjuangkan kepentingan umum ketimbang kepentingan kelompok.

Ia menyebut, politik kebangsaan bisa menjadi solusi untuk meredam politik identitas yang menimbulkan keterbelahan atau polarisasi di masyarakat.

“Jika demikian mengapa kita harus berdiri berhadapan dan saling bersitegang? Marilah saling menyapa, saling mengapresiasi, dan menjaga bangunan kebangsaan,” tandasnya.

Adapun saat ini Partai Nasdem belum menentukan kerja sama dengan parpol lain untuk menghadapi kontestasi Pilpres 2024.

Baca juga: Sebut Surya Paloh Tokoh di Balik Kesuksesan SBY dan Jokowi, Demokrat: Kami Ingin Berguru

Meski begitu berdasarkan hasil Rakernas pertengahan Juni lalu, Partai Nasdem telah menyatakan bakal mengusung tiga figur kandidat calon presiden yaitu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.

Di sisi lain, poros politik yang telah terbentuk adalah Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dihuni Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Lalu koalisi antara Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Diketahui berdasarkan hasil survei berbagai lembaga elektabilitas figur capres tertinggi dihuni oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.

Lalu papan tengah elektabilitas capres diisi oleh Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil hingga Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 19 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’  ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’ ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Nasional
Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Nasional
Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Nasional
Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Nasional
Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Nasional
AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

Nasional
MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

Nasional
Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Nasional
Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Nasional
Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Nasional
TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

Nasional
Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Nasional
Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com