JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana berbeda tampak pada acara peringatan hari lahir (harlah) ketiga Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada tanggal 23 Juli 2001.
Semula, harlah itu direncanakan dan dikemas dengan acara meriah yang bakal dihadiri banyak tamu undangan.
Bahkan, bukan cuma warga internal partai, tetapi juga kalangan tokoh partai lain, pejabat tinggi negara lantaran yang menjadi presiden adalah orang dari PKB.
Tetapi, manusia bisa merencanakan, tetapi kehendak hanya Tuhan yang bisa menentukan.
Baca juga: Mimpi Kiai Jelang Pelengseran Gus Dur dan Doa untuk Megawati...
Persis saat harlah ketiga, Ketua Dewan Syuro KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dicabut mandatnya sebagai presiden oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Acara yang semula dibayangkan akan meriah, berubah muram, campur panas, dan ditingkahi acara gergeran KH Cholil Bisri dan hiburan pemutaran film Gladiator.
Film yang bercerita tentang pertarungan jagoan zaman kuno bukan pertarungan politik model Abdurrahman Wahid dengan parlemen.
Baca juga: Air Mata Gus Dur Mengalir sebelum Terbitkan Dekrit
Kesan muram tergores pada huruf PKB di panggung. Kru paduan suara juga mengenakan pakaian hitam-hitam seperti sedang berduka.
"Huruf PKB yang buram dan pakaian kru paduan suara hitam-hitam ini bukan disengaja, ini hanya kesalahan teknis," kata Ketua Panitia Amin Said Husaini saat itu.