LOMBOK BARAT, KOMPAS.com - Waktu hampir menunjukkan pukul 07.00 WITA ketika puluhan relawan Yayasan Tunas Bakti Nusantara (YTBN) sibuk menyiapkan perlengkapan di Markas Batalyon Infanteri (Yonif) 742/Satya Wira Yudha, Kota mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis (23/6/2022).
Mereka berbagi tugas. Sebagian relawan mengecek kelengkapan barang bawaan, yang lainnya menata ransel di atas truk. Ketua YTBN Teguh Dwi Nugroho ikut sibuk mengatur posisi barang agar tidak menghabiskan tempat untuk duduk.
“Jangan sampai ada yang tertinggal ya,” ucap pria yang berprofesi sebagai dokter itu sambil mengangkat tas milik salah satu relawan.
Baca juga: BERITA FOTO: Menengok Pustu Plus di Dusun Aik Mual yang Terpencil
Para relawan ini dilibatkan dalam program Bakti Nusantara di Dusun Aik Mual, Desa Sekotong Timur, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat. Mereka berasal dari berbagai daerah seperti Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta.
Latar belakang profesi mereka pun beragam. Ada yang bekerja sebagai dokter, akademisi, guru, wiraswasta, pegiat literasi, dan ada pula mahasiswa.
Selama dua hari, mereka memberikan pelatihan kepada masyarakat, antara lain pelatihan hidroponik pembuatan kerajinan tangan, penyuluhan gizi, penyuluhan kesehatan reproduksi, dan penyuluhan manajemen puskesmas.
Ada juga peningkatan kapasitas guru oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), kemah perdamaian Pramuka serta kelas menulis.
Sehari sebelumnya, seluruh relawan menginap di Markas Yonif 742/SWY. Perjalanan ke Dusun Aik Mual kira-kira memakan waktu satu jam.
Lokasi Dusun Aik Mual berada di kaki Gunung Mareje, 350 meter di atas permukaan laut. Udaranya terasa sejuk dengan pepohonan jati yang rindang serta hamparan kebun tembakau.
Jalan di Desa Sekotong Timur tidak begitu lebar. Truk yang kami tumpangi harus melaju pelan ketika berpapasan dengan kendaraan lain dari arah berlawanan.
Rute menuju Dusun Aik Mual belum seluruhnya aspal, masih ada jalan tanah berbatu kira-kira sepanjang 200 meter. Jalurnya berkelok dengan tanjakan dan turunan tajam.
Beberapa kali truk kami susah payah menaklukkan tanjakan. Kecepatan juga harus diatur saat melewati turunan.
Setelah melewati trek yang cukup mendebarkan, akhirnya kami sampai di dusun yang dihuni oleh 80 kepala keluarga. Sebagian besar warga memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bercocok tanam dan beternak.
Baca juga: Gus Halim Proyeksikan Hanya Sisa 30 Daerah Tertinggal Pada 2024
Dusun Aik Mual tergolong daerah tertinggal. Jaringan listrik baru tersambung pada 2015. Selama bertahun-tahun pula, masyarakat kesulitan mengakses pelayanan kesehatan yang layak.
Kepala Dusun Aik Mual, Multazam mengatakan, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) terdekat berada di Desa Eyat Mayang. Jaraknya sekitar 10 kilometer.