JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal melakukan lawatan ke Kiev, Ukraina dan Moskow, Rusia dalam waktu dekat.
Kunjungan Jokowi dilakukan saat Rusia dan Ukraina sedang berperang.
Selain itu, sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi G20 pada 2022, Indonesia diharapkan bisa berperan aktif buat menengahi pertikaian antara kedua negara itu.
Apalagi Rusia merupakan salah satu negara anggota G20.
Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, sebelum mengunjungi Ukraina dan Rusia, Jokowi akan mengunjungi Jerman dalam rangka memenuhi undangan Jerman selaku Ketua G7 untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7.
Pertemuan tersebut akan berlangsung di Elmau, Jerman, pada 26-27 Juni 2022.
Dalam lawatan itu Presiden Jokowi bakal dikawal oleh 39 personel Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Baca juga: Kunjungan Jokowi ke Ukraina-Rusia, Pengamanan hingga Deteksi Dini Ancaman Keamanan
Jumlah tersebut terdiri atas 19 orang Paspampres yang melekat dengan presiden, 10 orang tim penyelamatan (matan) dan 10 orang tim advance (pendahulu).
Personel Paspampres yang bakal dikirim buat mengawal Jokowi ke Rusia dan Ukraina terdiri dari berbagai kesatuan, yakni Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, Detasemen Jalamangkara (Denjaka) TNI AL, dan Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat/Paskhas) TNI AU.
Menurut Komandan Paspampres Mayjen Tri Budi Utomo, pihaknya menyiapkan helm, rompi, hingga senjata laras panjang untuk mendukung pengamanan itu.
Pihak Ukraina, kata Tri, telah memberikan keleluasaan kepada Paspampres untuk membawa perlengkapan yang diperlukan.
Tri mengatakan, sejauh ini kondisi keamanan di Ukraina cukup aman meski serangan masih terjadi wilayah Donetsk. Untuk diketahui, jarak antara wilayah Donetsk ke Kiev, ibu kota Ukraina, yang akan menjadi lokasi kunjungan Jokowi sekitar 380 kilometer.
Rencana lawatan yang dilakukan Jokowi ke Rusia dan Ukraina wilayah konflik mengingatkan kembali dengan kegiatan yang dilakukan mendiang Presiden Soeharto pada 1995 silam.
Saat itu Soeharto melakukan kunjungan ke Bosnia-Herzegovina yang tengah dilanda peperangan.
Peperangan di wilayah Yugoslavia pecah pada 1990-an. Penyebabnya adalah gesekan antaretnis Serbia, Muslim Bosnia, Kroasia, Albania, dan Slovenia semakin tinggi selepas kematian Presiden Joseph Broz Tito pada 4 Mei 1980.