JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengatakan, banyak kementerian, lembaga, dan daerah yang tidak mau menggunakan produk dalam negeri.
Menurut dia, alasan yang disampaikan beragam, dari spek yang tidak pas hingga kualitas yang dinilai tidak baik.
"Saya tahu banyak kementerian, banyak lembaga, banyak daerah tidak mau beli produk dalam negeri," ujar Jokowi saat membuka rapat Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2022 di Istana Negara, Selasa (14/6/2022).
Baca juga: Jokowi Minta Harga Tiket Candi Borobudur Tak Dinaikkan
"Alasannya macam-macam, speknya enggak paslah, kualitasnya enggak baiklah, alasan banyak sekali. Itu yang Bapak Ibu kawal," kata dia.
Jokowi lantas memberikan contoh mesin jahit impor seharga Rp 13 juta dengan mesin jahit produk dalam negeri seharga Rp 12,5 juta.
Dengan adanya perbedaan harga itu, masyarakat tetap memilih mesin jahit impor.
Padahal, menurut Jokowi, sudah jelas produk dalam negeri lebih murah.
Contoh lain yakni nasal oksigen kanula pada pipa oksigen untuk keperluan medis.
Baca juga: Jokowi Diminta Reshuffle Menteri yang Sibuk Kampanye Jelang 2024
Barang impor dari produk tersebut harganya Rp 8.300, sedangkan produk dalam negeri harganya Rp 6.900.
Namun, kata Jokowi, perbedaan harga itu tidak membuat instansi terkait membeli produk dalam negeri.
"Beli impor yang saya cek, beli impor. Alasannya ada saja 'Kualitasnya Pak, speknya Pak enggak pas'. Kayak kita ini enggak ngerti masalah spesifikasi," ujar dia.
Lebih lanjut, Jokowi menceritakan pengalaman lima tahun lalu saat dirinya memerintahkan BUMN untuk membeli pipa.
Saat itu, dia diberi tahu bahwa pembelian pipa harus impor karena spek yang dibutuhkan tak ada di dalam negeri.
Jokowi lantas mencoba mengecek ke pabrik pipa. Saat itu baru diketahui spek yang diperlukan tersedia.
Bahkan, pipa produksi dalam negeri itu banyak yang diekspor ke mancanegara.