Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Vina FitrotunNisa
Staf Pendukung Bidang Komunikasi Kebijakan Publik di Bappenas

Alumnus Kajian Ketahanan Nasional Universitas Indonesia

Menjawab Pesimisme dalam Pembangunan Ibu Kota Nusantara

Kompas.com - 11/06/2022, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MARILAH kita mulai tulisan ini dengan sebuah adagium kuno yang mengatakan “when there is a will, there is a way”. Ungkapan ini nampaknya berlaku tanpa batas waktu.

Sejak dulu, kata-kata tersebut selalu diucapkan untuk menanamkan kepercayaan pada seseorang atau sebuah institusi untuk mengejar apa yang dicita-citakannya.

Berbicara tentang cita-cita institusi, saat ini Indonesia memiliki ambisi besar untuk memindahkan ibu kota negaranya ke Kalimantan Timur dan telah diberi nama Ibu Kota Nusantara.

Dalam sebuah kebijakan, adanya pro dan kontra merupakan hal yang lumrah. Keadaan ini merupakan fakta yang harus diterima oleh pemerintah maupun masyarakat.

Ibarat pil pahit, kritik dan masukan merupakan obat yang akan membawa Ibu Kota Nusantara menjadi kota yang dicita-citakan.

Tepatnya menjadi kota yang mampu menjawab tantangan masa depan dan sesuai harapan.

Pembangunan IKN merupakan salah satu ihtiar bersama menciptakan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.

Berada di tengah-tengah Indonesia, pemindahan Ibu Kota diharapkan dapat mengubah paradigma pembangunan dari Jawa Sentris menjadi Indonesia Sentris.

Dalam membangun sebuah wilayah, pemerintah tentu memerlukan modal yang besar. Pendanaan IKN akan berasal dari APBN dan non-APBN, di mana pemerintah berkomitmen bahwa sumber pendanaan akan dioptimalkan dengan sumber dari non-APBN.

Hingga tahun 2045, pembangunan IKN akan memakan waktu kurang lebih 23 tahun. Dalam rentang waktu tersebut, proses pembangunan tentu akan dihadapkan pada dinamika politik yang terus berubah.

Dalam waktu tersebut pula setidaknya akan terjadi empat kali pemilihan presiden, pemilihan legislatif dan kepala daerah.

Memulai hal baru memang tidak sederhana, namun kita dapat berkaca dari sejarah bagaimana perubahan besar telah membawa Indonesia menjadi negara yang terus tumbuh dan berkembang.

Pada tahun 2004, misalnya, saat semua masyarakat Indonesia untuk pertama kalinya dapat melakukan pemilih langsung dan saat Undang-Undang Otonomi Daerah disahkan.

Dua peristiwa tersebut merupakan sejarah besar sekaligus bukti bahwa perubahan bukanlah sesuatu yang menyeramkan.

Sama seperti dua peristiwa tersebut yang pada awalnya dihadapkan pada pro dan kontra serta proses memulai yang tidak mudah, optimisme dalam pemindahan dan pembangunan IKN harus terus ditumbuhkan.

Dalam 23 tahun presiden pasti berubah. Namun dalam proses pembahasan Undang-Undang IKN, delapan partai politik sudah menyetujuinya.

Artinya keputusan ini memiliki legitimasi dan kekuatan politik yang akan menjamin kelanjutan pembangunan IKN.

Ibu Kota Nusantara merupakan ibu kota milik seluruh masyarakat Indonesia yang kelak akan menjadi kebanggaan bersama.

Layaknya rumah sendiri yang perlu dijaga, dirawat dan diperjuangkan, sudah sepatutnya seluruh anak bangsa bersama-sama berjuang untuk mengawal pembangunanya, dengan menunjukan optimisme dan fokus pada keberlanjutan pembangunan IKN.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com