Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wacana Tiket Naik Candi Borobudur Diharap Tak Mengganggu Ibadah Umat Buddha

Kompas.com - 08/06/2022, 08:19 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) berharap kebijaksanaan pemerintah untuk bisa memberikan waktu lebih bagi umat Buddha beribadah di Candi Borobudur, di tengah polemik wacana kenaikan harga tiket ke stupa bagi wisatawan lokal sebesar Rp 750.000.

"Cuma minta diberikan kesempatan, waktu yang lebih luas, luang untuk kita supaya bisa beribadah dengan baik," kata Koordinator Publikasi Dewan Pimpinan Pusat Walubi, Rusli Tan, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (7/6/2022).

Rusli yang juga merupakan Ketua Umum Lembaga Keagamaan Buddha Indonesia (LKBI) mengatakan, umat Buddha memahami Candi Borobudur harus dilestarikan. Namun, dia juga berharap pemerintah tetap memberi ruang bagi umat Buddha untuk beribadah di samping menggiatkan pariwisata di Candi Borobudur.

Baca juga: Bertemu Luhut, Ganjar Sampaikan Banyak Masyarakat yang Protes Rencana Kenaikan Tiket ke Candi Borobudur

Di dalam agama Buddha, kata Rusli, ada empat hari suci yang dirayakan yakni Waisak, Magha Puja, Kathina, dan Asadha. Namun, tidak seluruh hari raya itu diperingati di Candi Borobudur.

"Umat Buddha minta satu kali saja kok. Sebenarnya ini di agama Buddha ada 4 kali ya. Kita cuma mintanya Waisak saja. Magha Puja, Kathina, Asadha semuanya kita enggak minta. Kita cuma minta 1 kali," ucap Rusli.

Rusli mengatakan, umat Buddha sangat mengharapkan kebijaksanaan pemerintah dalam pemanfaatan Candi Borobudur untuk berbagai kegiatan. Sebab menurut dia, Candi Borobudur bukan hanya sekadar tempat ibadah tetapi juga merupakan warisan peradaban leluhur yang sampai saat ini masih bisa dinikmati dan membawa manfaat perekonomian bagi penduduk di sekitarnya.

"Kita bisa menikmati keindahan Candi Borobudur, buat umat Buddha tetap bisa menjalankan ibadahnya dengan baik," ucap Rusli.

Baca juga: Polemik Tarif Naik Candi Borobudur dan Paradoks Pariwisata Indonesia

"Saya tidak percaya kalau pemerintah sampai hati untuk membuat umat Buddha tidak bisa beribadah. Mudah-mudahan pemerintah sayang juga dengan umat Buddha," sambung Rusli.

Rencana pemeritnah menaikkan harga tiket menuju stupa Candi Borobudur bagi wisatawan dalam negeri turut ditanggapi oleh seorang tokoh pemuka Buddha, Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera, dari Vihara Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Sri Pannyavaro menuturkan, umat Buddha dari kalangan rakyat kecil tidak akan mungkin dapat menjangkau harga tiket naik Candi Borobudur yang dibanderol Rp 750.000 per orang.

"Rakyat kecil, (umat Buddha pedesaan yang berada cukup banyak di Jawa Tengah) sampai meninggal dunia pun tentu tidak akan mampu naik ke atas candi untuk melakukan puja atau pradaksina karena harus membayar biaya yang sangat mahal bagi mereka," tutur Pannyavaro, melalui keterangan pers, Senin (6/6/2022) sore.

Menurutnya, pembatasan kuota 1.200 orang per hari yang naik ke atas candi memang sangat perlu untuk penyelamatan candi. Namun, selayaknya tanpa harus membayar tiket yang dirasa mahal.

Baca juga: Politikus PKB Minta Tarif Naik Stupa Borobudur Tak Bebani Umat Buddha

Pannyavaro berpendapat, pembatasan dapat lakukan dengan metode antrean. Apabila pada hari itu pengunjung tidak bisa naik karena kuota sudah penuh, maka dipersilakan naik di hari berikutnya. Pendaftaran pun dapat dilakukan secara online jadi lebih mudah pengaturannya.

"Jadi jangan hanya yang punya uang saja yang boleh naik, atau dengan jalan lain harus menjadi bhiksu dulu, atau kembali menjadi murid sekolah. Tentu hal ini sangat tidak mungkin," tandas Pannyavaro.

Lebih lanjut, kata Pannyavaro, tidak masalah jika umat Buddha harus mengantre untuk bisa naik ke Candi Borobudur. Sama halnya dengan muslim saat hendak beribadah haji ke Mekkah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Nasional
Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Nasional
KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

Nasional
Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Nasional
PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com