MENGAPA begitu sulit menaikkan elektabilitas Ketua DPR Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi dalam bursa calon presiden 2024?
Angka kecenderungan terpilihnya dari survei sejumlah lembaga selalu di kisaran angka satu persen. Sungguh ironi mengingat Puan memiliki semua prasyarat yang dibutuhkan bagi seorang calon presiden (capres).
Mari kita lihat keunggulan prasyarat yang dimiliki Puan untuk menjadi capres. Pertama, tentu DNA-nya sebagai anak dan cucu presiden.
Puan putri sulung Presiden Kelima Megawati Soekarnoputri dan cucu Presiden Pertama Soekarno. Sedang bapaknya, almarhum Taufik Kiemas adalah mantan Ketua MPR (2009-2013).
Bisa dibilang, darah politik Puan sudah mengalir sejak dalam kandungan. Kiprah Puan di dunia politik terentang sejak muda.
Kedua, anak ketua umum dan pengurus teras partai politik (parpol) terbesar yang telah tiga kali memenangi pemilu (1999, 2014, 2019).
Sejak Megawati mendeklarasikan PDI Perjuangan 14 Februari 1999 dan menjadi ketua umum sampai sekarang, Puan selalu berada di lingkar dalam kepengurusan partai. Saat ini Puan memegang jabatan ketua DPP.
Ketiga, siapa yang meragukan pengalaman politik Puan? Masuk ke DPR 2009, Puan sudah dipercaya memegang posisi ketua fraksi PDIP (2012).
Kemudian menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Kabinet Joko Widodo (Jokowi) – Jusuf Kalla (2014-2019).
Puan menduduki jabatan ketua DPR setelah PDIP memenangi Pemilu 2019. Prestasi ini cukup mentereng karena menjadi perempuan pertama yang memimpin lembaga legislatif yang kini beranggotakan 575 orang dari 9 partai (fraksi).
Artinya, pengalaman politik Puan sudah lengkap baik di eksekutif maupun legislatif. Tidak banyak politisi yang memiliki kelebihan seperti Puan Maharani.
Namun mengapa elektabilitasnya justru masih tertinggal jauh dibanding Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang sering diposisikan sebagai rival Puan dalam perebutan perahu PDIP untuk Pemilihan Presiden 2024.
Kita tidak menafikan seringnya hasil survei berbeda dengan real count. Terlebih banyak lembaga survei yang merangkap sebagai konsultan politik.
Tetapi mengabaikan hasil survei, terlebih yang dirilis lembaga survei nonpartisan seperti Litbang Kompas, juga tidak bijak dan cenderung emosional.
Ada beberapa faktor mengapa elektabilitas Puan masih berkutat di papan bawah.