Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Litbang Kompas: Hubungan Kubu yang Berseberangan Politik sejak Pilpres 2019 Belum Membaik

Kompas.com - 06/06/2022, 07:33 WIB
Mutia Fauzia,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan, publik secara umum menilai hubungan antara dua kubu yang berseberangan politik sejak Pilpres 2019 belum membaik hingga saat ini.

Hal tersebut tergambar dari banyaknya responden yang menilai hubungan kedua kubu yang berseberangan tersebut justru memburuk, bukannya kian baik.

Sebanyak 40,3 persen responden dalam jajak pendapat Kompas yang dilakukan pada akhir Mei 2022 menyebutkan, hubungan antara kedua kubu semakin buruk. Meski di sisi lain, sebanyak 45 persen responden menilai hubungan antara kedua kubu sudah semakin baik.

"Secara umum, publik menilai saat ini hubungan antara dua kubu yang berseberangan politik sejak Pilpres 2019 belum membaik," tulis peneliti Litbang Kompas Gianie, seperti dikutip pada Senin (6/6/2022).

Baca juga: KIB Tanda Tangani Nota Kesepahaman, Airlangga: Kita Berupaya Tak Ada Politik Identitas dan Polarisasi di Masyarakat

Litbang Kompas pun membagi responden berdasarkan pilihan capres pada Pilpres 2019 yang lalu.

Berdasarkan pembagian tersebut terlihat, responden yang memilih pasangan Joko Widodo-Ma'ruf lebih optimistis mengenai hubungan antara kedua kelompok semakin baik, yakni sebanyak 47,9 persen responden memilih Jokowi-Ma'ruf yang menyatakan demikian.

Sementara itu, hanya 38,5 persen yang menyatakan semakin buruk dan 13,6 persen tidak tahu.

Sementara itu, kelompok responden yang memilih pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno cenderung lebih pesimistis, yakni sebanyak 56,6 persen menilai hubungan kedua kubu yang berseberangan cenderung semakin buruk.

Sementara itu, hanya 31,4 persen responden yang menilai semakin baik dan 12 persen menyatakan tidak tahu.

Baca juga: Pemilu 2024 Diprediksi Masih Diwarnai Politik Identitas

Adapun kelompok responden yang menyatakan tidak memilih salah satu pasangan atau merahasiakannya lebih banyak menyuarakan optimisme.

Sebesar 45,2 persen responden tersebut menyatakan hubungan kedua kubu semakin baik, 30,5 persen menyatakan semakin buruk, dan 24,3 persen mengaku tidak tahu.

"Melihat pembelahan yang terus terjadi hingga sekarang, mayoritas responden dari kedua kubu berbeda pilihan capres ini sepakat bahwa kondisi ini sangat mengkhawatirkan jika berlanjut sampai Pemilu 2024 yang akan digelar kurang dari dua tahun lagi," tulis Gianie.

Adapun tahapan Pemilu 2024 sendiri sudah akan dimulai pada 14 Juni 2022.

Baca juga: Jokowi: Politik Identitas dan SARA, Saya Harap Tak Terjadi pada Pemilu 2024

Sebagai informasi, pengumpulan pendapat oleh Litbang Kompas dilakukan melalui telepon pada 24-29 Mei 2022.

Sebanyak 1.004 responden berusia minimal 17 tahun dari 34 provinsi diwawancarai.

Sampel ditentukan secara acak dari responden panel Litbang Kompas sesuai proporsi jumlah penduduk di tiap provinsi.

Adapun dengan metode ini, tingkat kepercayaan sebesar 95 persen, nirpencuplikan penelitian ± 3,09 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.

Meskipun demikian, kesalahan di luar pencuplikan sampel dimungkinkan terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com