Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenangan Murid Buya Syafii Maarif: Sederhana dan Tak Minta Dihormati Berlebihan

Kompas.com - 28/05/2022, 12:54 WIB
Tatang Guritno,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penulis sekaligus Pemimpin Redaksi Narasi, Zen Rachmat Sugito atau Zen RS, menceritakan kenangannya tentang sosok mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif.

Zen pernah menjadi mahasiswa Buya Syafii ketika berkuliah di Fakultas Sejarah Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada 2001-2002.

Lekat dalam ingatannya, sikap Buya Syafii yang sederhana dan tak ingin diperlakukan berlebihan oleh semua pihak. Padahal Buya Syafii berstatus sebagai profesor dan mengajar di Fakultas Sejarah UNJ yang baru berdiri kala itu.

Baca juga: Kepergian Buya Syafii Maarif, Sang Guru Bangsa

“UNJ waktu itu bukan kampus nomor 1, juga bukan nomor 2 bahkan, tapi punya dosen Ketum PP Muhammadiyah, tokoh nasional, tapi Buya tak minta dihormati berlebihan,” ungkap Zen, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (27/5/2022).

Sikap tidak gila hormat itu, kata Zen, tampak dari keseharian Buya Syafii di lingkungan kampus.

“Buya tidak pernah mengeluh, dia tidak pernah mau kalau tas atau mapnya yang berat itu dibawakan, saya pernah menawarkannya dan dia bilang ‘Kami menghina saya ya, kamu pikir saya enggak bisa angkat-angkat’,” tutur Zen.

Menurut Zen, Buya Syafii kerap membuka ruang kerjanya sendiri setelah mengajar. Padahal, ia baru selesai mengisi kelas di lantai atas, sementara kunci ruangannya berada di lantai dasar.

“Ditawari teman saya untuk mengambilkan kunci itu, tapi dia menolak dengan mengatakan ‘Saya masih bisa jalan,’ Lalu ia ambil sendiri kunci itu dan membuka gemboknya. Ya satpam tergopoh-gopoh juga ya, tapi begitulah dia,” sebut Zen.

Zen berpandangan, Buya Syafii adalah dosen yang spesial. Sebab di sela kesibukan mengurus PP Muhammadiyah, hampir semua makalah dan tugas mahasiswa tetap dikoreksi.

“Mau nilainya A, A-, B, atau apa pun, makalah itu kebanyakan dikembalikan, disertai catatan-catatan kecil,” kata dia.

Baca juga: Kesederhanaan Buya Syafii Maarif, Menolak Disediakan Sopir hingga Pemakaman Tanpa Upacara Khusus

Zen menyampaikan, Buya Syafii seperti tak pernah lelah melakoni semua kewajibannya. Sementara, saat itu Buya Syafii masih menjabat sebagai Ketum PP Muhammadiyah dan disibukkan dengan gejolak politik terkait peristiwa lengsernya Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Namun Buya Syafii selalu memenuhi tanggung jawabnya sebagai dosen. Bahkan ia selalu memenuhi ketentuan mengajar 75 persen dalam tiap semester.

“Terbayangkan Ketum Muhammadiyah dalam kondisi Presiden mau lengser sibuknya kayak apa, dikontak, dilobi banyak orang pasti riweh banget, tapi tak pernah (dalam perkuliahan) dia tidak hadir,” paparnya.

Zen berpandangan, latar belakang paling tepat untuk menggambarkan sosok Buya Syafii bukanlah politikus maupun sejarawan, melainkan guru bangsa.

"Buat saya, cara paling tepat memosisikan Syafii Maarif adalah dia seorang guru dan saya beruntung pernah jadi muridnya, pernah ada di kelas-kelas di mana dia mengajar,” imbuh Zen.

“Dia guru buat mahasiswanya, dan sekarang guru buat bangsanya,” tuturnya.

Baca juga: Buya Syafii Maarif Wafat, Mahfud MD: Umat Islam dan Bangsa Indonesia Kehilangan Tokoh Besarnya

Buya Syafii tutup usia pada Jumat (27/5/2022) pagi sekitar pukul 10.15 WIB di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Yogyakarta, karena penyakit jantung.

Buya Syafii menjalani perawatan sejak Sabtu (14/5/2022). Kondisinya pun sempat membaik, namun beberapa hari terakhir kesehatannya kembali menurun.

Jenazahnya disemayamkan di Masjid Gede Kauman Yogyakarta kemudian dimakamkan di Taman Makam Husnul Khotimah Muhammadiyah, Kulon Progo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat, Didominasi Gen Z

Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat, Didominasi Gen Z

Nasional
MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

Nasional
Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com