JAKARTA, KOMPAS.com - Baru-baru ini ramai soal tudingan mafia bibit di sektor pertanian. Tak ada angin ataupun hujan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkap soal keberadaan mafia bibit.
Pernyataan Erick itu pun langsung menuai sorotan. Partai Nasdem yang menempatkan kadernya di kursi Mentan juga merespons keras pernyataan Erick.
Bahkan, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo angkat bicara terkait ini.
Baca juga: Jadi Sorotan, Ini Pernyataan Erick Thohir soal Mafia Bibit di Sektor Pertanian
Lantas, seperti apa duduk perkaranya?
Perkara ini bermula dari pernyataan Erick dalam kuliah umum di Universitas Padjadjaran, Sabtu (23/4/2022).
Erick mengatakan, ada mafia bibit yang menyebabkan banyak petani mendapat bibit yang salah sehingga tanaman tidak tumbuh dengan baik.
"Bibit pun ada mafianya. Banyak petani mendapatkan bibit yang hybrid yang salah sehingga ketika tumbuh tidak menghasilkan yang baik," kata Erick dilihat dari tayangan YouTube Directorate of Innovation and Corporation Unpad.
Kendati demikian, Erick tak merinci siapa mafia yang ia maksud. Namun, dia mengatakan, PT Pupuk Indonesia (Persero) bakal mendampingi dan memberikan pupuk tepat waktu serta bibit yang tepat agar petani menghasilkan tanaman yang baik.
Baca juga: Data Kementerian Pertanian: Minyak Goreng Surplus 716.564 Ton hingga Akhir 2022
Tak hanya itu, melalui program Makmur PT Pupuk Indonesia, pemerintah mendukung pembiayaan untuk petani yang disalurkan melalui berbagai bank himpunan negara (himbara).
Ada pula program asuransi gagal panen bagi petani yang dibuat pemerintah bekerja sama dengan PT Asuransi Jasa Indonesia atau Jasindo (Persero).
Program-program itu, lanjut Erick, demi meningkatkan kesejahteraan petani.
"Yang namanya selama ini petani adalah objek, sekarang petani adalah subjek yang harus kita pastikan. Kenapa? Tadi saya sampaikan, pangan akan menjadi ancaman," kata dia.
Terkait ini, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan bahwa pengalaman sejumlah BUMN yang bergerak di bidang pertanian dan perkebunan banyak menemukan bibit-bibit bersertifikat palsu. Sertifikat itu dibeli para petani dari pihak ketiga.
"Bibit-bibit bersertifikat palsu yang sangat merugikan para petani karena memberikan dampak besar hasil komoditi mereka dan tentunya ini juga akan merugikan BUMN karena berdampak kepada volume pasokan ke pabrik-pabrik BUMN," kata Arya melalui keterangannya kepada Kompas.com, Senin (25/4/2022).
Merespons situasi ini, kata Arya, pihaknya bersama Kementan terus menjalin kerja sama, salah satunya melakukan pengadaan bibit bagi petani.
Baca juga: Perintah Jokowi Usut Tuntas Mafia, Akui Ada Permainan di Balik Mahalnya Minyak Goreng