JAKARTA, KOMPAS.com - Asrama kedokteran di Jalan Kramat Raya 72 menjadi salah satu saksi bisu kegigihan para tenaga kesehatan atau perawat di masa perjuangan kemerdekaan antara 1945 sampai 1948.
Saat itu kondisi serba tidak aman. Pasukan Kekaisaran Jepang masih mengawasi gerak-gerik para pejuang kemerdekaan.
Sejumlah mahasiswa kedokteran di Jakarta yang turut bergabung dalam perjuangan kemerdekaan juga ikut membagikan selebaran atau pamflet berisi ajakan bagi masyarakat untuk ikut bergerak.
Suatu ketika seorang mahasiswa kedokteran datang ke asrama kedokteran itu. Annie Senduk yang merupakan kepala perawat di asrama langsung menghampiri.
Para mahasiswa itu mengatakan kalau para aparat militer Jepang sudah mengetahui markas pergerakan mereka di Hotel Pavilyon, Harmoni. Padahal di sana tersimpan sejumlah dokumen milik para pejuang serta obat-obatan yang disembunyikan.
Baca juga: Peringatan Hari Kartini, Jokowi: Indonesia Selalu Melahirkan Perempuan-perempuan Tangguh
Annie langsung membagi tugas untuk menyelamatkan obat-obatan, makanan, dan sejumlah dokumen itu.
Sejumlah rekannya yang bisa menyetir diminta tetap tinggal di asrama. Sedangkan sejumlah temannya bergegas ke Harmoni untuk menyelematkan barang-barang itu.
Annie bersama asistennya, Sietje, bersepeda ke Rumah Sakit Cikini untuk mencari pinjaman mobil.
Setelah berhasil mendapatkan mobil pinjaman, Annie dibantu Suwardjono Suryaningrat, Mahar Mardjono, Hussein Odon, Alex Kaligis, Yusuf dan mahasiswa kedokteran lain memindahkan seluruh dokumen dan logistik.
Itu bukan pertama kali Annie terlibat dalam perjuangan. Ketika Jepang memukul mundur Belanda dari Hindia Belanda, Annie bersama rekan-rekannya dan rakyat menyerbu gudang persediaan obat dan makanan Belanda di samping Kolam Renang Cikini (kini gedung SMP Negeri 1).
“Rakyat berbondong-bondong membongkar gudang mencari rezeki ‘nomplok’,” kata Annie dalam memoarnya yang dimuat dalam Sumbangsihku bagi Pertiwi jilid I, seperti dikutip dari Historia.id, Jumat (22/4/2022).
Baca juga: Dari Multatuli hingga Perempuan dan Sosialisme, Ini Buku-buku yang Dibaca Kartini
Mereka kemudian berbagi hasil jarahan dari gudang itu.
Annie mulai akrab dengan gerakan perjuangan kemerdekaan ketika belajar di Rumah Sakit Cikini pada 1938. Di asrama, Annie melihat beragam ketimpangan sosial.
Orang-orang Belanda hidup berkecukupan dan bisa dengan mudah menikmati roti hingga keju. Sementara, rakyat bumiputra hidup melarat.
Semangat perjuangan dan kesadaran akan pentingnya kemerdekaan itulah yang mengantarkan Annie kemudian berkenalan dan belajar dari dokter Suharto, yang kemudian menjadi dokter pribadi Presiden Sukarno, dan dokter Mohtar. Keduanya merupakan dokter yang turut terlibat dalam gerakan perjuangan kemerdekaan.