JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan, Muhammadiyah memiliki peran penting dan ikut berkontribusi bahkan sebelum negara Indonesia lahir.
Hal itu disampaikan Mahfud saat menjadi pembicara dalam acara "Seminar Pra Mukhtamar Muhammadiyah-‘Aisyiyah ke-48", Kamis (21/4/2022).
"Mulai dari ide sampai mendirikan negara Indonesia merdeka, Muhammadiyah sudah ikut aktif membangun kesadaran masyarakat untuk membangun negara ini," kata Mahfud dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (22/4/2022).
Baca juga: PAN Tak Khawatir Basis Pemilih Muhammadiyah Berpaling ke Partainya Amien Rais atau Din Syamsuddin
Selanjutnya, Mahfud mengajak Muhammadiyah dan organisasi masyarakat Islam lainnya serta semua elemen masyarakat memperkuat kesadaran moral di Indonesia.
Menurut Mahfud, kesadaran kolektif untuk membangun bangsa ini sangat penting untuk mengawal tujuan negara.
"Muhammadiyah kan juga punya saham terhadap negara ini, mari ikut perbaiki, sadarkan rakyat agar saat pemilu (pemilihan umum) tidak pakai transaksi uang," terang Mahfud.
Mahfud juga berharap Muhammadiyah dan ormas Islam lainnya tidak kehilangan masjid sebagai basis pergerakan dakwahnya oleh paham keagamaan yang tidak sejalan dengan nilai-nilai keagamaan yang dianut di Indonesia.
"Muhammadiyah dan NU juga jangan sampai kehilangan masjid dan tempat peribadatan yang sudah kita bangun dengan Wasathiyah Islam. Kalau dibangun dengan Salafi dan Wahabi, tidak cocok dengan kita," tegas dia.
Baca juga: Tolak Radikalisme dan Terorisme, BNPT dan Muhammadiyah Sepakat Perkuat Moderasi Beragama
Mahfud juga berharap, Muhammadiyah terus memperkuat hasil ijtihad tokoh-tokoh Islam Indonesia yang telah mendirikan negara Pancasila sebagai darul ahdi was-syahadah.
Selain itu, Mahfud juga menyoroti maraknya budaya saling hujat.
Menurut Mahfud, di antara bentuk-bentuk saling hujat itu, muncul dalam bentuk berita-berita hoaks melalui pemotongan kalimat.
"Seperti pidato saya di UGM, 'Mahfud MD: Mendirikan Negara Seperti Nabi Haram' titik, kan salah. Orang baru baca judul, membaca potongan, lalu berkomentar tidak karuan," terang dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.