Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasri Ainun, Donasi Mata, dan Perjuangan Kemanusiaan

Kompas.com - 21/04/2022, 12:43 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kisah Hasri Ainun Besari dan Bacharuddin Jusuf Habibie menjadi panutan bagi pasangan suami istri. Selama keduanya menikah hingga maut memisahkan tak pernah muncul selentingan miring dalam rumah tangga mereka.

Ainun lahir di Semarang, 11 Agustus 1937, dari pasangan Mohamad Besari dan Sadarmi Sosrowijoto. Dia kemudian pindah ke Bandung, Jawa Barat, sebelum melanjutkan studi ke Jakarta.

Saat di Kota Kembang itu Ainun berjumpa dengan Habibie. Namun, jalan keduanya sempat terpisah setelah masing-masing lulus sekolah lanjutan tingkat atas.

Habibie lantas melanjutkan pendidikan ke Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung. Setelah itu, dengan dibiayai sang ibu, Habibie melanjutkan pendidikan ke Universitas Rhein Westfalen, Jerman, jurusan teknik penerbangan dengan spesialisasi konstruksi pesawat terbang.

Baca juga: Kenangan Buya Syafii Saat BJ Habibie Ceritakan soal Ainun: Habibie Manusia Tersulit di Muka Bumi

Di Jakarta, Ainun kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan lulus sebagai dokter pada 1961.

Setahun setelahnya, dia bekerja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai asisten dokter anak.

Pada 1962, Habibie menikah dengan Ainun. Setelah menikah dengan Habibie, ia diboyong ke Jerman dan harus rela meninggalkan kariernya sebagai dokter.

Hidup di negeri orang yang amat berbeda dari segi budaya membuat Ainun butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Apalagi, saat itu sang suami baru merintis karier dengan bekerja di sebuah perusahaan rekayasa teknik Talbot yang memproduksi gerbong kereta api sambil melanjutkan studi doktor.

Gaji Habibie saat itu tidak terlampau besar dan harus dibagi untuk membiayai keluarga dan kuliahnya. Maka dari itu, Ainun putar otak untuk bisa menghemat uang, mulai dari mencuci baju di tempat pencucian umum sampai belajar menjahit untuk membuat baju bagi kedua anaknya, Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie.

Baca juga: Komisi IX DPR Dukung Peningkatan Pelayanan RS Hasri Ainun Habibie

Pada 1974, Presiden Soeharto meminta Habibie pulang ke Tanah Air dengan alasan untuk mengembangkan industri di Tanah Air. Habibie menerima tawaran itu dan mengajak Ainun dan kedua anaknya pulang.

Di Indonesia, Habibie langsung masuk ke lingkaran elite pemerintah. Dia kemudian ditunjuk menjadi Direktur Utama Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN) yang saat ini bernama PT Dirgantara Indonesia (PT DI).

Pada 1978, Habibie diangkat menjadi Menteri Riset dan Teknologi.

Pada tahun 1998, BJ Habibie diangkat menjadi presiden menggantikan Soeharto yang kala itu dituntut mundur oleh mahasiswa. BJ Habibie menjabat Presiden RI selama satu tahun hingga 1999, dan saat itu Ainun menjadi ibu negara.

Ainun turut serta memperjuangkan hak para tunanetra. Salah satunya dengan mengupayakan fatwa halal donasi mata dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk membantu para tunanetra dan menjadi penggagas pendirian Bank Mata.

Baca juga: Patung Cinta Sejati Ainun Habibie Dipasang di Alun-alun Kota

Berkat jasa dan dedikasinya itu pula, nama Ainun diabadikan menjadi nama sebuah rumah sakit di daerah Limboto, Kabupaten Gorontalo. Selain di Gorontalo, ada pula sejumlah fasilitas kesehatan yang menggunakan namanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS: Selamat Bertugas Prabowo-Gibran

PKS: Selamat Bertugas Prabowo-Gibran

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Punya PR Besar karena Kemenangannya Dibayangi Kontroversi

Pengamat: Prabowo-Gibran Punya PR Besar karena Kemenangannya Dibayangi Kontroversi

Nasional
Kementerian KP Gandeng Kejagung Implementasikan Tata Kelola Penangkapan dan Budi Daya Lobster 

Kementerian KP Gandeng Kejagung Implementasikan Tata Kelola Penangkapan dan Budi Daya Lobster 

Nasional
Respons Putusan MK, Zulhas: Mari Bersatu Kembali, Kita Akhiri Silang Sengketa

Respons Putusan MK, Zulhas: Mari Bersatu Kembali, Kita Akhiri Silang Sengketa

Nasional
Agenda Prabowo usai Putusan MK: 'Courtesy Call' dengan Menlu Singapura, Bertemu Tim Hukumnya

Agenda Prabowo usai Putusan MK: "Courtesy Call" dengan Menlu Singapura, Bertemu Tim Hukumnya

Nasional
Awali Kunker Hari Ke-2 di Sulbar, Jokowi Tinjau Kantor Gubernur

Awali Kunker Hari Ke-2 di Sulbar, Jokowi Tinjau Kantor Gubernur

Nasional
'MK yang Memulai dengan Putusan 90, Tentu Saja Mereka Pertahankan...'

"MK yang Memulai dengan Putusan 90, Tentu Saja Mereka Pertahankan..."

Nasional
Beda Sikap soal Hak Angket Pemilu: PKB Harap Berlanjut, PKS Menunggu, Nasdem Bilang Tak 'Up to Date'

Beda Sikap soal Hak Angket Pemilu: PKB Harap Berlanjut, PKS Menunggu, Nasdem Bilang Tak "Up to Date"

Nasional
Bima Arya Ditunjuk PAN Jadi Kandidat untuk Pilkada Jabar 2024

Bima Arya Ditunjuk PAN Jadi Kandidat untuk Pilkada Jabar 2024

Nasional
Guru Besar UI: Ironis jika PDI-P Gabung ke Kubu Prabowo Usai Putusan MK

Guru Besar UI: Ironis jika PDI-P Gabung ke Kubu Prabowo Usai Putusan MK

Nasional
Tak Anggap Prabowo Musuh, Anies Siap Diskusi Bareng

Tak Anggap Prabowo Musuh, Anies Siap Diskusi Bareng

Nasional
Bersama Pertamax Turbo, Sean Gelael Juarai FIA WEC 2024

Bersama Pertamax Turbo, Sean Gelael Juarai FIA WEC 2024

Nasional
Tanggapi Putusan MK, KSP: Bansos Jokowi Tidak Memengaruhi Pemilih Memilih 02

Tanggapi Putusan MK, KSP: Bansos Jokowi Tidak Memengaruhi Pemilih Memilih 02

Nasional
Peringati Hari Buku Sedunia, Fahira Idris: Ketersediaan Buku Harus Jadi Prioritas Nasional

Peringati Hari Buku Sedunia, Fahira Idris: Ketersediaan Buku Harus Jadi Prioritas Nasional

Nasional
KPK Terima Pengembalian Rp 500 Juta dari Tersangka Korupsi APD Covid-19

KPK Terima Pengembalian Rp 500 Juta dari Tersangka Korupsi APD Covid-19

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com