Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Darmansjah Djumala
Diplomat dan Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri

Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri dan Dosen Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung.

Menakar Kehadiran Rusia di G20

Kompas.com - 28/03/2022, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PEMERINTAH Indonesia berketetapan hati mengundang Rusia hadir di Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20, di Washington DC, AS, 20 April mendatang.

Ini adalah pertemuan G20 pertama pascainvasi Rusia ke Ukraina, 24 Februari lalu.

Banyak pihak menilai, pertemuan ini menjadi batu ujian pertama bagi diplomasi Indonesia.

Di tengah kecaman internasional terhadap invasi Rusia ke Ukraina, tak pelak undangan itu memantik reaksi dari AS dan sekutu Baratnya.

Ada indikasi AS sedang melobby sekutunya untuk mengucilkan Rusia dari berbagai organisasi internasional. Termasuk di G20.

Namun Indonesia bersikukuh tetap mengundang Rusia. Bagaimana menakar kehadiran Rusia di G20 dalam perspektif diplomasi multilateral dan kepentingan Indonesia?

Kehadiran Rusia dalam rangkaian perhelatan G20 setidaknya dapat dipindai dari tiga aspek amatan.

Baca juga: Prinsip Bebas-Aktif dalam Konflik Rusia-Ukraina

Pertama, aspek substansi. Sejak awal dibentuk pada 1999 (kemudian ditingkatkan representasinya ke level kepala negara pada 2008), G20 dimaksudkan sebagai forum dialog multilateral yang membahas dan mengkoordinasikan kebijakan ekonomi internasional, khususnya terkait stabilitas keuangan internasional, perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan.

Masyarakat internasional terlanjur memahami bahwa G20 adalah forum multilateral yang membahas isu ekonomi dan keuangan internasional.

Pernah memang G20 terombang-ambing mempertimbangkan kehadiran Rusia di G20. Kala itu AS dan sekutu Baratnya juga berusaha menghalangi Rusia hadir di KTT G20 di Brisbane, Australia, 2014.

Alasannya: karena Rusia menduduki Crimea, Luhanks dan Donetsk, wilayah selatan dan timur Ukraina.

Tapi Putin tetap hadir – meski pulang lebih cepat. Ini tentu atas undangan Australia sebagai tuan rumah.

Di sini terlihat bahwa ada preseden di G20: negara tuan rumah tetap mengundang Rusia meski ada masalah politik.

Dalam pakem diplomasi multilateral, preseden sering dijadikan acuan dalam mengambil keputusan bersama.

Pertimbangan semacam ini sangat mungkin digunakan Indonesia untuk tetap mengundang Rusia dalam rangkaian acara G20.

Baca juga: Ukraina, Sang Pelanduk di Bumi Eropa

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com