Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Es Jayawijaya, Perubahan Iklim, dan Suara Para Pencinta Alam

Kompas.com - 22/03/2022, 06:07 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kekhawatiran akan hilangnya lapisan salju di kawasan tropis yang berada di Pegunungan Jayawijaya sudah diutarakan sejak satu dasawarsa silam. Bahkan, salju di pegunungan tertinggi di Indonesia itu bisa saja tinggal cerita untuk generasi mendatang.

Potensi hilangnya lapisan es di Puncak Jayawijaya sudah disuarakan dalam Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia pada April 2010 silam. Saat itu tim ekspedisi berkumpul dan berikrar di kawasan es Nggapulu di ketinggian 4.700 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Lingkungan saat itu perlahan berubah karena pemanasan global dan perubahan iklim.

Perubahan ini juga terjadi pada gletser Jayawijaya yang terus menyusut dari waktu ke waktu. Saat itu salah satu anggota tim ekspedisi dari Wanadri, Iwan Irawan(38), tercengang ketika mencapai kawasan es Nggapulu yang membentang sekitar 1,5 kilometer dari puncak.

"Tahun 2004 saat saya ke sini setidaknya dua kilometer dari puncak masih ditutupi es," kata Iwan seraya menunjukkan lokasi terakhir, tebing yang tadinya tertutup salju dan kini tinggal bebatuan.

Baca juga: Cerita Dingo, Anjing Bernyanyi Papua yang Viral, Dianggap Sakral Suku Moni di Pegunungan Carstensz

Di Pegunungan Jayawijaya terdapat beberapa puncak yang masih berselimutkan es dan salju, antara lain Puncak Nggapulu atau Soekarno, Puncak Soemantri, dan Puncak Carstensz Timur. Adapun puncak tertingginya, Carstensz Pyramid, sudah tidak lagi tertutup gletser.

Berdasarkan buku Retreat of Glaciers on Puncak Jaya, Irian Jaya, determined from 2000 and 2002 IKONOS Satellite Images yang ditulis Andrew G Klein dan Joni L Kincaid, dari 20 kilometer persegi gletser yang terdapat di Jayawijaya pada tahun 1850, telah menyusut hingga 90 persen atau hanya bersisa dua kilometer persegi setelah 150 tahun berlalu.

Tak heran jika Puncak Carstensz Pyramid yang berada di ketinggian 4.884 mdpl sudah tidak lagi berselimutkan es.

Muhamad Gunawan, pendaki senior Wanadri yang mendaki Carstensz pada tahun 1986, mengisahkan, saat itu es masih menutupi tebing di sekitar puncak Carstensz hingga ketinggian sekitar 4.750 mdpl.

Baca juga: Kisah Rosna, Wanita Asal Maluku Pertama yang Sujud Syukur di Puncak Carstensz

Namun, ketika Gunawan berkunjung lagi pada tahun 1991, hamparan gletser telah meleleh. Hanya sebagian tebing yang masih tertutup es, sisanya tinggal bebatuan. Kemudian, tahun 1994, seluruh gletser telah menghilang dari puncak tertinggi di Indonesia ini.

"Kalaupun sekarang masih ada es yang menutupi beberapa tempat, paling bersifat sementara karena akan hilang kalau cuaca cerah," kata Gunawan.

Anggota Wanadri angkatan 1968/1969, Iwan Hignasto, menyatakan, adanya fakta penyusutan es ini diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi masyarakat luas bahwa pemanasan global telah mengancam kehidupan manusia. Warga dunia kini cenderung beradaptasi dengan perubahan iklim, tidak lagi melakukan mitigasi.

Penyusutan endapan salju di beberapa kawasan, termasuk Pegunungan Jayawijaya, merupakan pertanda yang tak terbantahkan. Menjadi peringatan bahwa pemanasan global telah membuat wajah bumi berubah dan menjadikan bencana semakin dekat dengan kehidupan manusia. Banjir, kekeringan berkepanjangan, suhu bumi yang terus naik, badai, dan meningginya muka air laut pun makin kerap terjadi.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, menurut perkiraan, lapisan es yang berada di Puncak Jayawijaya, Papua, akan punah pada 2025.

Dari hasil penelitian BMKG memperlihatkan terjadi penyusutan lapisan es di Puncak Jaya.

Baca juga: Ini Doa Sang Anak untuk Rosna, Wanita Pertama Asal Maluku yang Taklukkan Carstensz

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com