Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Seragam TNI AD dari Masa ke Masa

Kompas.com - 02/03/2022, 16:56 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Seragam baru TNI Angkatan Darat (TNI AD) mulai dipamerkan ke masyarakat dalam kegiatan Rapat Pimpinan TNI AD Tahun 2022 di Markas Besar Angkatan Darat (Mabes AD), Jakarta.

Menurut Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman, seragam baru itu mempunyai corak khas “loreng TNI AD”. Menurut dia seragam itu merupakan gagasan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa ketika masih menjabat sebagai KSAD, termasuk brevet pada seragam baru itu.

Baca juga: Dudung Perkenalkan Seragam Baru “Loreng TNI AD” Gagasan Panglima Andika Perkasa

Seragam baru itu terlihat memiliki corak loreng dengan paduan sejumlah warna, yaitu coklat, hijau, dan krem. Sekilas, seragam loreng ini nyaris sama dengan seragam Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).

TNI AD selama ini belum memiliki seragam loreng sebagaimana matra lain. Sedangkan seragam loreng hijau-hitam yang biasa dikenakan TNI AD merupakan seragam loreng khas Mabes TNI.

Seragam TNI AD sudah mengalami sejumlah perubahan sejak awal kemerdekaan pada 1945.

Prajurit TNI AD mengikuti defile saat Upacara Perayaan HUT Ke-74 TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (5/10/2019). Perayaan HUT ke-74 TNI bertemakan TNI Profesional Kebanggaan Rakyat.ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT Prajurit TNI AD mengikuti defile saat Upacara Perayaan HUT Ke-74 TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (5/10/2019). Perayaan HUT ke-74 TNI bertemakan TNI Profesional Kebanggaan Rakyat.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, lembaga militer yang berdiri di Indonesia adalah Badan Kemerdekaan Rakyat (BKR). Kemudian pada 5 Oktober 1945, nama dan struktur organisasi BKR berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan kemudian kembali berubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).

Setelah tercapai kesepakatan dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda pada Desember 1949, Indonesia berubah menjadi negara federasi dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS). Maka dari itu lembaga militer berubah nama menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS).

Baca juga: Curhat KSAD Dudung Soal Seragam Prajurit sampai Komandan Kapal Keruk

Pada 17 Agustus 1950, Republik Indonesia Serikat (RIS) dibubarkan dan Indonesia kembali menjadi negara kesatuan. Hal itu membuat APRIS berganti nama menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI).

Pada tahun 1962, dilakukan upaya penyatuan antara angkatan perang dengan kepolisian negara menjadi sebuah organisasi yang bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dengan tiga matra yakni Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.

Ratusan prajurit TNI AD dari Batalyon Infanteri Raider 142/Ksatria Jaya mengikuti upacara pemberangkatan Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Timur di Pelabuhan Boom Baru Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (28/8/2019). Sebanyak 400 orang prajurit TNI AD dari Batalyon Infanteri Raider 142/Ksatria Jaya, Jambi diberangkatkan untuk pengamanan perbatasan negara Republik Indonesia-Republik Demokratik Timur Leste selama sembilan bulan.ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI Ratusan prajurit TNI AD dari Batalyon Infanteri Raider 142/Ksatria Jaya mengikuti upacara pemberangkatan Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Timur di Pelabuhan Boom Baru Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (28/8/2019). Sebanyak 400 orang prajurit TNI AD dari Batalyon Infanteri Raider 142/Ksatria Jaya, Jambi diberangkatkan untuk pengamanan perbatasan negara Republik Indonesia-Republik Demokratik Timur Leste selama sembilan bulan.

Sejak TKR berdiri, mereka sudah merintis seragam dan tanda pangkat militer sebagai identitas organisasi. Ketika itu seragam yang dikenakan masih berupa campuran antara seragam peninggalan Angkatan Bersenjata Hindia-Belanda (KNIL) dan Korps Pembela Tanah Air (PETA) bentukan Jepang. Warna seragam KNIL dan PETA pun tidak jauh berbeda, yakni hijau lumut.

Kemudian corak pakaian loreng yang digunakan Angkatan Darat awalnya disebut berasal dari Amerika Serikat. Ketika itu AS memberikan seragam loreng kepada Korps Marinir dalam Perang Dunia II.

Ketika itu corak tersebut dikenal dengan "Loreng Macan Tutul". Seragam itu kemudian diberikan AS sebagai bantuan kepada militer Belanda, dan kemudian diberikan kepada APRI.

Baca juga: Mengenal Filosofi Brevet Kopassus, Baret Merah, hingga Pisau Komando

Di dalam negeri, seragam loreng itu dibagikan kepada satuan komando. Satuan Angkatan Darat yang lekat dengan corak Loreng Macan Tutul itu adalah Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang berubah nama menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Kopassus kemudian mengadopsi corak Loreng Darah Mengalir yang juga terinspirasi dari milik Korps Marinir Amerika Serikat. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan prajurit dalam melakukan operasi tempur.

Corak Loreng Darah Mengalir itu diperkenalkan pada 5 Oktober 1964 bersamaan dengan Hari ABRI (kini TNI).

KSAD Jenderal Dudung Abdurachman di Markas Kopassus, Jakarta, Selasa (21/12/2021).Achmad Nasrudin Yahya KSAD Jenderal Dudung Abdurachman di Markas Kopassus, Jakarta, Selasa (21/12/2021).

TNI AD juga mengadopsi corak M81 Woodland milik Angkatan Darat AS yang mulai digunakan pada 1981. Perpaduan warna loreng itu terdiri dari coklat, hijau, dan hitam.

Alasan TNI AD menggunakan corak itu adalah faktor geografis yakni wilayah tropis. Maka dari itu alam Indonesia didominasi pepohonan berwarna hijau, tanah dan kayu yang berwarna coklat. Warna-warna yang terlihat di alam membuat corak M81 cocok untuk kamuflase ketika prajurit melaksanakan operasi militer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 19 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’  ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’ ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Nasional
Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Nasional
Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Nasional
Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Nasional
Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Nasional
AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

Nasional
MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

Nasional
Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Nasional
Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Nasional
Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Nasional
TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

Nasional
Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Nasional
Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com