Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Peristiwa Chernobyl Buat Geger Warga Indonesia...

Kompas.com - 27/02/2022, 11:13 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kompleks Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl di Pripyat, Ukraina kembali menjadi bahan pembicaraan setelah lokasi itu dikuasai oleh tentara Rusia yang menyerbu negara itu sejak Kamis (24/2/2022) lalu.

Di tempat itu juga pernah terjadi bencana karena ledakan di unit 4 reaktor pada 26 April 1986 dini hari. Ketika itu Ukraina masih menjadi bagian dari Uni Soviet.

Peristiwa itu terjadi ketika para teknisi melakukan uji sistem keamanan reaktor jika terjadi pemadaman listrik dan membuat pasokan air sebagai pendingin terhenti.

Akibat kekeliruan prosedur, suhu reaktor itu meningkat tajam dan akhirnya meledak. Sebanyak 50-185 juta radionuklida pun lolos ke atmosfer akibat ledakan reaktor itu.

Baca juga: Dikuasai Pasukan Rusia, Aktivitas Radiasi di Chernobyl Meningkat 20 Kali

Jumlah tersebut lebih banyak daripada yang diciptakan oleh bom atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Radioaktivitas ini kemudian menyebar ke Belarusia, Rusia, Ukraina, hingga ke arah Perancis dan Italia.

Jutaan hektar hutan dan lahan pertanian pun ikut terkontaminasi. Tak hanya itu, bertahun-tahun setelah tragedi, banyak hewan ternak yang terlahir cacat dan banyak manusia yang menderita sindrom radiasi akut. Pada 2005, sebanyak 7.000 penderita kanker tiroid tercatat di Ukraina, Belarusia, dan Rusia yang diperkirakan akibat radiasi nuklir.

Penyebaran debu radioaktif dari juga membuat masyarakat Indonesia was-was. Sebab saat itu beredar kabar kalau zat-zat radioaktif dari Chernobyl bisa terbawa oleh kawanan burung yang bermigrasi dari Uni Soviet dan sekitarnya ke Asia Tenggara.

Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) mencoba menenangkan masyarakat supaya tidak panik. Budi Santoso Sudarsono yang ketika itu menjabat sebagai Deputi Bidang Penelitian Dasar dan Aplikasi Batan mengatakan, masyarakat tidak usah panik karena saat itu para ahli belum menemukan unsur radioaktif lain dalam udara, kecuali yodium.

Baca juga: Alasan Mengapa Rusia Rebut Chernobyl dari Ukraina

Menurut Budi, masa paruh (half life) yodium hanya berlangsung 8 hari. Sedangkan migrasi kawanan burung itu diperkirakan baru tiba pada Oktober.

Selain itu, yodium pun akan mudah didaur oleh alam.

Ahli pengobatan nuklir di Rumah Sakit Pusat Pertamina Prof. Sutarman menambahkan, masyarakat tidak usah khawatir dengan isu penyebaran debu radioaktif dari Chernobyl. Menurut dia zat radioaktif menjadi berbahaya bagi manusia jika sudah melewati ambang batas, yakni 5.000 mili-REM dalam setahun.

Sutarman juga mengatakan, zat radioaktif tidak bisa mengakhiri hidup seseorang secara cepat. Dia mengambil contoh soal ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, oleh Amerika Serikat pada Perang Dunia II.

Ketika itu sebagian besar penduduk yang tewas seketika disebabkan oleh ledakan bom. Sedangkan yang terpapar zat radioaktif adalah mereka yang tinggal jauh dari area ledakan.

Sumber:
KOMPAS 14 Mei 1986: Masyarakat Tak Perlu Gelisah Terkena Radioaktif Chernobyl

KOMPAS 3 Juni 1986: Radiasi Chernobyl Tak Membahayakan RI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKB Beri Sinyal Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin Dinilai Ingin Amankan Kursi Ketum

PKB Beri Sinyal Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin Dinilai Ingin Amankan Kursi Ketum

Nasional
Jokowi Teken Keppres, Tunjuk Bahlil Jadi Ketua Satgas Percepatan Swasembada Gula

Jokowi Teken Keppres, Tunjuk Bahlil Jadi Ketua Satgas Percepatan Swasembada Gula

Nasional
Anak Buah SYL Disebut Temui Ahmad Ali saat Penyelidikan Kasus Kementan di KPK

Anak Buah SYL Disebut Temui Ahmad Ali saat Penyelidikan Kasus Kementan di KPK

Nasional
Halalbihalal Merawat Negeri

Halalbihalal Merawat Negeri

Nasional
Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Nasional
Kasasi KPK Dikabulkan, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Kasasi KPK Dikabulkan, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Nasional
Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com