Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengingat Mimpi Indonesia Punya Pesawat Komersial Jet Asli Karya Anak Bangsa

Kompas.com - 26/02/2022, 17:26 WIB
Elza Astari Retaduari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia pernah hampir melahirkan pesawat penumpang komersial bermesin jet asli karya anak bangsa.

Saat itu PT Dirgantara Indonesia (PT DI), sebelumnya IPTN, sudah menciptakan rancang bangun pesawat N-2130 yang memiliki konsep pasar serupa dengan pesawat Boeing seri 737-300 dan Airbus seri A320.

Rencana pembuatan pesawat N-2130 pertama kali diungkapkan oleh Presiden Soeharto tepat di hari prototipe pesawat N-250 Gatotkaca berhasil melakukan terbang pertama pada 10 Agustus 1995.

"Kalau pembuatan pesawat baru itu menjadi suatu kenyataan, maka nanti pada tahun 2003 kita akan mengalami keadaan seperti hari ini, yakni penerbangan perdana N-2130. Mudah-mudah ini dapat menjadi kenyataan, dan mudah-mudahan Tuhan meridhoinya," ujar Soerharto usai menyaksikan uji terbang perdana N-250 di Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung, dikutip dari Harian Kompas edisi 11 Agustus 1995, Sabtu (26/2/2022).

Tenaga Ahli Bidang Pengembangan Pesawat PT Dirgantara Indonesia (PT DI), Andi Alisjahbana yang terlibat dalam proyek pesawat N-2130 mengungkapkan, BJ Habibie kala itu punya visi hebat melihat peluang pasar pesawat jet sipil berpenumpang sekitar 100 orang.

Baca juga: Cerita di Balik Pesawat N250 Rancangan BJ Habibie, Proyek Terhenti karena Krisis Moneter dan Terjegal IMF

Konsep desain pesawat N-2130 sudah dibuat Presiden ke-3 Indonesia tersebut sejak tahun 1994. Rencana pembuatan pesawat jenis ini berawal dari pemikiran BJ Habibie yang menilai Indonesia membutuhkan jenis pesawat bermesin jet untuk penerbangan antar-kota yang agak jauh.

"Pak Habibie pada awal 90-an sudah melihat ini, Indonesia besar, kalau jarak-jarak pendek butuhnya pesawat propeller seperti N-250. Tapi kalau sudah jarak seperti Jakarta-Makassar, lalu ke Manado, Ambon, Papua, itu kan jauh banget," ujar Andi dalam perbincangan dengan Kompas.com beberapa waktu lalu.

"Lalu dia bilang kita butuh pesawat lebih cepat, yaitu pesawat jet. Kalau pesawat propeller terbang kira-kira di 300-400 km/jam, kalau pesawat jet terbang di 800 km/jam, dua kali lipatnya," tambah dia.

BJ Habibie pun membidik pasar pesawat 100-130 penumpang karena ketika itu saingannya belum ada. Selain itu jika membuat pesawat jet untuk 150 penumpang ke atas, saingannya berat yaitu Boeing.

Ketika itu memang sudah ada pesawat kapasitas penumpang 80-130 orang yaitu Fokker-100, namun sudah tua.

Baca juga: Tenaga Ahli PT DI Sebut Pembelian Jet Rafale Tak Bisa Dibandingkan dengan Proyek KFX/IFX

Habibie juga mampu melihat kebutuhan pesawat terbang untuk tahun 2000 ke atas yang akan sangat membutuhkan pesawat dengan kapasitas 100-130 penumpang.

"Yang menarik dari program ini adalah bagaimana jelinya Pak Habibie melihat potensi pasarnya, kebutuhan Indonesia, dan kemudian kosong nggak ada lawan, cuma Fokker aja dan desainnya juga sudah lama," jelas Andi.

"Kita dengan desain baru saja sudah lebih bagus. Artinya kesempatan kalau Indonesia jadi bikin, saingan bisa dikatakan nggak ada, kita jadi pelopor. Ini pentingnya N-2130 pada saat itu," lanjut mantan Direktur Pengembangan Teknologi PT DI ini.

Andi mengungkap, prediksi Habibie kini terbukti. Sebab saat ini pesawat di Indonesia yang paling banyak digunakan adalah pesawat dengan kapasitas penumpang 100-130 orang, seperti Boeing-737 dan Airbus A-320.

"Kalau saat itu jadi, kemungkinan besar yang banyak dipakai N-2130. Lihat saja, kita hampir 400 pesawat lho 737 sama A320 yang berterbangan di Indonesia," sebut Andi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan Cawe-cawe PJ Kepala Daerah

Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan Cawe-cawe PJ Kepala Daerah

Nasional
Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Nasional
Yusril Harap 'Amicus Curiae' Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Yusril Harap "Amicus Curiae" Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Nasional
Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Nasional
IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

Nasional
Yusril Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Yusril Sebut "Amicus Curiae" Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Nasional
ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

Nasional
Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Nasional
Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Nasional
Menerka Nasib 'Amicus Curiae' di Tangan Hakim MK

Menerka Nasib "Amicus Curiae" di Tangan Hakim MK

Nasional
Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Nasional
Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Nasional
Sejauh Mana 'Amicus Curiae' Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Sejauh Mana "Amicus Curiae" Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Nasional
Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com