JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri RI (Menlu RI) Retno Marsudi bertemu dengan Menteri Luar Negeri Belanda di sela-sela pertemuan Forum Menteri untuk Kerja Sama Indo Pasifik di Prancis pada Rabu (22/2/2022).
Pada pertemuan bilateral tersebut, salah satu pembahasan terkait dengan hasil riset institusi Belanda yang mengungkapkan kekejaman dan kekerasan ekstrem oleh Belanda pada masa kolonial di Indonesia.
"Dengan Menlu Belanda secara khusus membahas tindak lanjut hasil tinjauan sejarah institusi Belanda yang menyimpulkan tindak kekerasan ekstrem, sistematis, dan meluas antara tahun 1945 dan 1949," kata Retno dalam keterangan videonya, Rabu (23/2/2022).
Baca juga: Deretan Permintaan Maaf Belanda Kepada Indonesia
Penelitian yang dimaksud Retno yakni terkait dengan proyek jangka panjang yang berlangsung selama empat tahun oleh peneliti Belanda dan Indonesia.
Hasil penelitian mengungkapkan adanya tindak kekerasan ekstrem yang dilakukan kolonial Belanda kepada rakyat Indonesia.
Tindak kekerasan tersebut berupa penyiksaan dan penahanan dengan kondisi yang tidak manusiawi.
Bahkan, tentara kolonial juga membakar rumah di desa-desa serta melakukan penangkapan massal secara sewenang-wenang.
Baca juga: Belanda Akui Kekerasan Masa Agresi, Pakar: Korban Bisa Dapat Ganti Rugi
Tindak pemerkosaan juga dilakukan kepada perempuan rakyat Indonesia. Penelitian menyebut, pihak Belanda mulai dari politikus, pejabat, pegawai negeri, hakim, dan profesi sejajarnya, semua mengetahui tentang kekerasan ekstrem dan sistematis itu.
"(Kekerasan) Itu dimaafkan di setiap tingkat: politik, militer dan hukum. Alasan untuk ini adalah bahwa Belanda ingin mengalahkan Republik Indonesia - yang telah mendeklarasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 - dengan biaya berapa pun, dan siap untuk menundukkan hampir segalanya untuk tujuan itu,” ungkap peneliti Belanda dan Indonesia, dikutip dari The Guardian, Kamis (17/2/2022).
Atas hasil studi tersebut, Perdana Menteri Belanda Mark Rute pun mengungkapkan permintaan maafnya terhadap Indonesia.
Rute mengatakan, tindak kekerasan yang dilakukan kolonial Belanda saat itu merupakan kesalahan sistem yang terjadi. Ia menyebutkan sistem tersebut sebagai rasa superioritas kolonial yang salah tempat.
Adapun Retno mengatakan, Menlu Belanda pun kembali menyampaikan permintaan maaf atas nama pemerintahannya pada pertemuan bilateral tersebut.
"Dalam kesempatan tersebut Menlu Belanda kembali menyampaikan permintaan maaf atas pemerintahannya," kata Retno.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.