JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) curiga kekerasan yang dilakukan aparat pada warga di Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo telah direncanakan.
Hal itu disampaikan Ketua Umum YLBHI Muhammad Isnur dalam diskusi virtual yang diadakan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) bertajuk Bekerjanya Hukum Represif - Belajar dari Kasus Wadas, Sabtu (12/2/2022).
“Kami sejak awal curiga kekerasan ini sudah direncanakan,” kata Isnur.
Baca juga: Walhi Bantah Pemerintah Telah Kantongi Izin Amdal dan IUP Desa Wadas
Diketahui viral di media sosial ratusan petugas gabungan TNI dan Polri yang masuk ke Desa Wadas, Selasa (8/2/2022).
Hal itu kemudian berujung pada penangkapan sejumlah warga Wadas oleh aparat kepolisian.
Isnur pun menyampaikan beberapa alasan yang mendasari pernyataannya. Pertama, pihak kepolisian sering melakukan patroli mulai Januari 2022.
“Di bulan Januari itu patroli semakin rutin dilakukan dan ada upaya-upaya pencopotan poster dan lain-lain,” jelasnya.
Baca juga: Ingin Segera Bertemu Warga Wadas, Ganjar: Kita Bisa Asoy Lagi...
Pada awal bulan Februari, lanjut Isnur, akses menuju Desa Wadas sulit ditembus. Sebab, aparat melakukan penjagaan tidak hanya di kampung tapi juga pada setiap gang.
“Jadi ini pengkondisian masuk ke lapangan (Desa Wadas). Bahkan ada pemberitaan setiap yang mau masuk, bukan hanya pihak LBH, tapi warga yang mengangkut logistik, kebutuhan dagangan, kebutuhan makanan, dilarang. Harus dengan swab, jadi pandemi dijadikan alasan orang yang mau masuk ke warga,” papar dia.
Alasan kedua, kata Isnur, adalah tidak ditemukannya indikasi ada upaya warga untuk menyerang aparat dengan senjata tajam.
Sebaliknya, polisi malah menangkapi warga di masjid dan rumah-rumah.
“Jadi bukan kemudian warga ini menghadang, menyiapkan senjata tajam untuk menyerang kepolisian. Kita belum melihat itu, tidak ada itu,” tuturnya.
Baca juga: Komnas HAM Minta Warga Wadas Tak Ditekan Saat Berdialog
Terakhir Isnur menduga bahwa kerusuhan yang terjadi di Desa Wadas sudah didesain lebih dulu.
Sebab, ratusan aparat memasuki Desa Wadas dengan sejumlah orang tanpa seragam.
“Entah apakah itu aparat, atau mungkin preman. Tapi mereka beriringan,” ungkap dia.