Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Momen Saat Soeharto Sempat Kritik Pers Indonesia soal Etika

Kompas.com - 10/02/2022, 06:23 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekitar lebih dari dua tahun sebelum lengser, Presiden Soeharto sempat melontarkan kritik terhadap pers nasional. Menurut dia saat itu pers dalam negeri makin sering melakukan pelanggaran etika dalam pers, tulisan yang melanggar prinsip-prinsip yang tercantum dalam peraturan kode etik yang dibuat dan disepakati wartawan sendiri.

Pernyataan itu disampaikan Soeharto dalam sambutannya pada puncak peringatan Hari Pers Nasional 1996 di Alun-alun Utara Keraton Surakarta, Solo, Jawa Tengah. Dia mengatakan saat itu ada pemberitaan yang tidak mempertimbangkan kepatutan dan berita yang bersifat spekulatif sehingga menganggu rasa tenteram masyarakat.

"Kita juga makin prihatin memperhatikan berita, tulisan atau gambar yang menyesatkan, membingungkan, meresahkan, mengandung ketidakbenaran atau melecehkan kemampuan berpikir khalayak. Tidak jarang pula kita melihat pemutarbalikan atau pengaburan fakta, mencampuradukkan fakta dan opini sendiri, yang merugikan atau menguntungkan suatu pihak, tidak menghormati asas praduga tak bersalah dan seterusnya," kata Soeharto saat itu.

Baca juga: Hari Pers Nasional 2022, Nadiem Harap Nilai Utama Jurnalistik Tetap Dijaga

"Akibatnya", lanjut Kepala Negara, "masyarakat tidak memperoleh gambaran yang lengkap, jelas, pasti dan utuh untuk membuat kesimpulan. Hal ini tidak jarang menyebabkan masyarakat mengambil langkah yang kurang tepat, bahkan dapat merugikan."

Soeharto meminta kepada seluruh jajaran pers nasional agar benar-benar memperhatikan perkembangan yang dapat merugikan pers dan masyarakat.

"Lebih-lebih pada saat bangsa kita berada pada awal tahap tinggal landas yang sangat menentukan masa depan bangsa kita. Untuk itu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) perlu mawas diri untuk menumbuhkan organisasinya menjadi lembaga yang semakin profesional, sehingga dapat mengembangkan masyarakat pers yang juga semakin profesional," katanya.

Kemudian Soeharto menekankan, sudah sepatutnya kalangan pers mengingat salah satu tujuan kemerdekaan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dan yang masih harus diwujudkan dengan lebih baik.

"Tujuan itu -- yang diingatkan dalam Kode Etik Wartawan Indonesia -- adalah mencerdaskan kehidupan bangsa," ujar Soeharto.

Baca juga: Hari Pers Nasional 2022, Nadiem Harap Nilai Utama Jurnalistik Tetap Dijaga

"Jelaslah, pers merupakan salah satu lembaga yang paling penting dalam proses pencerdasan ini. Hal itu hanya mungkin terlaksana, jika pers memahami tanggung jawab profesionalnya dalam mencapai tujuan tadi," kata Soeharto.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Nasional
Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Nasional
Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Nasional
Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Nasional
Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com