JAKARTA, KOMPAS.com - Kerangkeng manusia yang berada di halaman belakang rumah Bupati nonaktif Langkat Terbit Rencana Perangin-angin diminta warga dibuka kembali.
Pekan lalu, ratusan warga bahkan berkumpul di area rumah Terbit untuk meminta kerangkeng dibuka lagi.
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengatakan, tuntutan warga itu karena ada permasalahan aksesibilitas terhadap kebutuhan rehabilitasi pecandu narkoba di wilayah tersebut.
"Memang ada problem, salah satunya aksesibilitas, karena biaya (untuk rehabilitasi) cukup mahal, aksesibilitas masyarakat untuk menjangkau rehabilitasi juga susah," ujar Anam ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (2/2/2022).
"Soal itu, soal dipertahankan, esensinya tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan berbagai pusat rehabilitasi yang terjangkau bagi masyarakat," jelas Anam.
Adapun terkait dengan bantahan warga yang menyatakan tidak ada kekerasan di kerangkeng Terbit Perangin-angin, Anam pun menegaskan temuan Komnas HAM sudah sangat solid.
Artinya, berbagai bukti yang didapatkan oleh Komnas HAM sudah pasti menunjukkan ada aksi kekerasan hingga memakan lebih dari satu nyama di kerangkeng tersebut.
"Jadi apakah ada kekerasan atau tidak itu solid bagi kami. termasuk saksi-saksi yang ngomong ke publik, ke media, mengatakan tidak ada kekerasan, ketika kami periksa mereka mengatakan ada kekerasan. Kan tergantung bagaimana kita menanyakannya," kata Anam.
"Jadi itu clear ada kekerasan," ujar dia.
Baca juga: LPSK Ungkap 17 Temuan Terkait Kerangkeng Manusia di Rumah Bupati Langkat
Sebelumnya, bantahan mengenai kekerasan di kerangkeng Terbit Perangin-angin diungkapkan oleh Suparman Perangin-angin yang menyebut dirinya sebagai pengawas/pembina warga dalam kerangkeng.
Bahkan menurut Suparman, orang-orang yang ditahan di dalam kerangkeng tersebut akan dipekerjakan di kebun sawit sesuai keahlian.
"Kalau diberitakan seperti di TV, ada perbudakan modern tidak benar. Jadi di sini mereka dibina berdasarkan keahlian mereka. Misal dia punya bengkel las, kalau memungkinkan, dia akan dikaryawankan (di perusahaan sawit milik bupati nonaktif langkat," ujar Suparman seperti dikutip dari program AIMAN di Youtube KompasTV, Selasa (1/2/2022).
Menurut penjelasan dirinya, warga yang sudah 'lulus' dari kerangkeng tersebut akan dipekerjakan di perusahaan atau kebun sawit Terbit Perangin-angin sesuai dengan keahlian mereka. Beberapa bekerja sebagai sopir, tukang angkut sawit, atau karyawan lain.
"Tapi itu sudah digaji nanti kalau sudah jadi 'alumni'," kata Suparman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.