JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) sekaligus Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan Erlina Burhan mengatakan, pasien Covid-19 yang dirujuk ke RSUP Persahabatan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kasus positif Covid-19 dalam beberapa hari terakhir.
Ia mengatakan, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di RSUP Persahabatan hampir 70 persen.
"Di RS Persahabatan terlihat tren peningkatan kasus, kasus yang dirawat dari kapasitas yang kami kami alokasikan saat ini, itu hampir 70 persen sudah terisi," kata Erlina dalam konferensi pers secara virtual, Senin (24/1/2022).
Baca juga: Kematian 2 Pasien Terpapar Omicron Dinilai Jadi Peringatan untuk Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19
Erlina mengatakan, pihaknya juga memisahkan ruang perawatan pasien Covid-19 yang terinfeksi varian Delta dan pasien yang terpapar varian Omicron.
Ia mengatakan, langkah tersebut dilakukan untuk kebutuhan observasi mengingat Omicron merupakan varian baru.
"Kami mendapat permintaan kemenkes obsevasi khusus terhadap Omicron agar lebih lengkap karena ini masih baru dan observasi lebih lengkap maka kami bedakan (ruang perawatan)," ujarnya.
Erlina menjelaskan, pihaknya mengamati gejala yang dialami pasien Omicron yang dirawat di RSUP Persahabatan sejak 10 Januari sampai 22 Januari 2022.
Ia menyebutkan, ada 17 pasien yang dirawat di RSUP Persahabatan dan mayoritas mengalami gejala batuk kering dan nyeri tenggorokan.
Baca juga: Kasus Omicron Meningkat, Perhimpunan Dokter Paru Minta Pemerintah Tinjau Ulang Sekolah Tatap Muka
"Batik kering (63 persen), nyeri tenggorokan (54 persen), pilek 27 persen, sakit kepala (36 persen), nyeri perut, demam (18 persen)," ucapnya.
Lebih lanjut, Erlina mengatakan, 6 dari 17 pasien Omicron yang dirawat di RSUP Persahabatan memiliki penyakit penyerta (komorbid).
Oleh karenanya, kata dia, pihaknya berupaya memberikan perawatan optimal, mengingatkan ada kecenderungan perburukan bila pasien yang memiliki komorbid terpapar Covid-19.
"Memang kita harus waspada kalau ada komorbid, karena ada kecendrungan pasien ini akan mengalami perburukan," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.