JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) mengatakan, sejumlah keluarga terdampak gempa Banten pada 14 Januari 2022 akan direlokasi.
Menteri Koordinator Bidang PMK Muhadjir Effendy mengatakan, kebijakan itu mulanya merupakan usul dari Bupati Pandeglang, Irna Nurulita.
Menurut Muhadjir, usulan relokasi itu juga mempertimbangkan potensi subduksi (tumbukan) dua lempeng benua (megathrust) yang dapat menghasilkan gempa berkekuatan dahsyat di wilayah itu.
Baca juga: Gempa Besar Guncang Jakarta, Ancaman Megathrust Selat Sunda Jadi Nyata
“Tadi ada beberapa usulan dari Bu Bupati Pandeglang, terutama adalah berkaitan dengan kemungkinan relokasi beberapa kepala keluarga untuk dipindahkan ke tempat yang lebih aman,” kata Muhadjir dalam jumpa pers virtual, Selasa (18/1/2022).
“Kebetulan, tempat permukimannya tergolong garis patahan yang sangat rentan akan terdampak bencana, apalagi nanti kalau kemungkinannya terjadi apa itu yang disebut dengan megathrust,” lanjut dia.
Namun demikian, Muhadjir belum mengungkap lebih detail rencana relokasi tersebut dan kajian apa yang telah dilakukan pemerintah untuk membangun permukiman di tempat yang relatif lebih aman dari gempa megathrust.
“Ini akan jadi agenda untuk kami bicarakan, tentu melibatkan kementerian-kementerian terkait,” kata Muhadjir.
“Terutama, karena kami juga membutuhkan lahan untuk relokasi, mungkin juga (akan berkoordinasi) dengan Kementerian (Lingkungan Hidup dan) Kehutanan atau Kementerian ATR (Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional),” ujar dia.
Gempa pada 14 Januari 2022 telah menyebabkan sedikitnya 166 desa atau kelurahan di 48 kecamatan di Banten mengalami kerusakan. Kerusakan paling parah dialami oleh Kabupaten Lebak dan Pandeglang, khususnya di Kecamatan Sumur, Cikeusik, Cimanggu.
Gempa berkekuatan magnitudo 6,6 yang terjadi di Sumur, Banten, Jumat lalu disebut-sebut dapat memicu “ancaman sesungguhnya” yang lebih besar. Hal ini disampaikan Kepala Badan Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono.
Menurut dia, gempa yang berpusat di 52 kilometer barat daya Sumur dengan kedalaman 10 kilometer itu sebenarnya terjadi di wilayah dengan aktivitas kegempaan relatif rendah.
Namun, aktivitas kegempaan rendah tersebut mampu memicu gempa di area sekelilingnya yang menyimpan potensi gempa tinggi.
“Gempa Ujung Kulon, Banten, kemarin sebenarnya bukan ancaman sesungguhnya karena segmen magathrust Selat Sunda mampu memicu gempa dengan magnitudo tertarget mencapai 8,7,” ujarnya, dilansir Antara, Sabtu lalu.
Baca juga: Gempa Megathrust Selat Sunda Bisa Memicu Gelombang Tsunami, Ini Saran Mitigasi Menurut Ahli
Tiada yang mampu memprediksi kapan hal tersebut bakal terjadi. Namun, potensi gempa besar di Selat Sunda sebenarnya sudah menjadi perbincangan sejak beberapa tahun terakhir.
Sejarah mencatat, gempa besar yang diiringi dengan tsunami pernah terjadi di Selat Sunda, yakni pada tahun 1722, 1852, dan 1958. Tsunami terjadi pada tahun-tahun tersebut diakibatkan aktivitas gempa.