JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perncanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa enggan berkomentar panjang lebar soal biaya pemindahan ibu kota negara yang 53,5 persennya disebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Alasannya, Suharso mengaku belum membaca informasi soal pendanaan tersebut yang tertera dalam situs resmi IKN, ikn.go.id.
"Saya itu belum baca soalnya," kata Suharso di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (17/1/2022).
Suharso juga tidak menjawab lugas saat ditanya kemungkinan angka yang tercantum pada situs tersebut hanya untuk kurun waktu tertentu selama masa pembangunan ibu kota baru.
Baca juga: Siap-siap, Ini Bocoran Jadwal Pemindahan ASN ke Ibu Kota Negara Baru Nusantara
"Nanti saya lihat ya," kata dia singkat.
Sementara itu, Ketua Panitia Khusus RUU Ibu Kota Negara Ahmad Doli Kurnia menekankan agar jangan sampai pemindahan ibu kota membebani keuangan negara.
"Intinya adalah kita tidak mau pemindahan ini terlalu membenani APBN. Nah kita lihat scheme-nya kayak apa," ujar Doli, Senin.
Dikutip dari situs ikn.go.id, skema pendanaan IKN terdiri dari 53,5 persen dari APBN dan 46,5 persen yang berasal dari kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPBU), swasta, maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Baca juga: Mengulik Ibu Kota Negara Baru Nusantara, Smart City yang Bakal Habiskan Rp 501 Triliun
Hal itu berbeda dengan pernyataan Deputi Kepala Staf Presiden (KSP) Juri Ardiantoro bahwa biaya yang berasal dari APBN lebih kecil dibandingkan dari KPBU, swasta, dan BUMN.
"Bagian terbesarnya justru dari kerja sama pemerintah dan badan usaha (Public-Private Partnership) dan kontribusi atau investasi swasta," ujar Juri dikutip dari siaran pers KSP, Senin (28/6/2021).
"Perkiraan kasarnya, dari total dana sebesar Rp 466 triliun yang dibutuhkan, (pembiayaan dari) APBN hanya sekitar Rp 89,4 triliun. Lalu KPBU dan swasta Rp 253,4 triliun, sementara BUMN serta BUMD Rp 123,2 triliun," lanjutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.