JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha menjadi sorotan gara-gara pidatonya di depan Presiden Joko Widodo yang menyindir sosok calon presiden pemolitisasi agama yang juga pernah dipecat Jokowi dari kabinet.
Meski tak menyebut nama, sindiran Giring ini langsung mendapat reaksi keras karena dianggap menyindir Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Anies memang digadang-gadang bakal maju sebagai calon presiden, meski belum ada kepastian kendaraaan parpolnya.
Baca juga: Heboh Soal Drop Out Kuliah, PSI Samakan Giring dengan Mark Zuckerberg
Tak lama setelah itu, Giring pun mendapat serangan balik. Kali ini, soal status pendidikannya yang ternyata drop out dari Universitas Paramadina, kampus yang sempat dipimpin Anies sebagai rektor.
Juru Bicara PSI Ariyo Bimmo menganggap, informasi itu merupakan bentuk serangan terhadap PSI dan Giring karena penyebarnya tidak bisa membantah argumen Giring soal kriteria pemimpin yang tidak boleh dipilih pada 2024 mendatang.
"PSI terbiasa diserang karena jujur dalam mengungkap hal-hal yang selama ini tabu dibicarakan. Terbiasa juga diserang karena mengungkap praktik-praktik pemerintahan yang tidak benar di berbagai daerah, termasuk DKI," kata Ariyo saat dihubungi Kompas.com, Rabu (29/12/2021).
Baca juga: Kontroversi Giring Ganesha: Singgung Pemolitisasi Agama Hingga Berambisi Nyapres
Ariyo mengakui bahwa serangan terhadap pribadi merupakan konsekuensi sebagai politisi.
Namun, ia menilai status pendidikan Giring tersebut tidak berhubungan dengan permasalahan yang dikemukakan Giring selama ini.
Ia pun menegaskan, setiap orang, termasuk ketua umum partai, berhak mengungkapkan ide dan sikap politiknya.
"Penyebaran kabar tersebut malah mendistraksi permasalahan nasional yang Giring sampaikan. Semestinya kita bahas masalah kriteria intoleransi dan kinerja calon pemimpin 2024," ujar Ariyo.
Baca juga: Kontroversi Giring Ganesha: Singgung Pemolitisasi Agama Hingga Berambisi Nyapres