JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti genomik molekuler Riza Arief Putranto menekankan pentingnya mitigasi dalam mengantisipasi penyebaran varian baru virus corona B.1.1.529 atau Omicron. Sebab, varian tersebut telah tersebut telah terdeteksi di 76 negara.
Meski Omicron diklaim belum masuk ke Indonesia, namun Riza mengatakan perlu dilakukan pengawasan yang ketat terkait perkembangan kasus. Selain itu, dia meminta masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
"Mitigasi itu penting, anggap saja sudah di sini. Berarti prokesnya yang ketat," kata Riza dalam diskusi bertajuk Balada Omicron yang Diremehkan, yang digelar Pandemic Talks, Rabu (15/12/2021) malam.
Baca juga: Kemenkes: 76 Negara Laporkan Temuan Kasus Covid-19 Varian Omicron
Menurut Riza, masyarakat sebaiknya beranggapan varian muncul pertama kali di Afrika Selatan itu sudah masuk di Indonesia.
"Sekarang semua orang beraktivitas dan kita enggak bisa melarang itu, karena banyak keperluan-keperluan, tapi kedisiplinan prokes itu harus didorong," jelas dia.
Riza menjelaskan, kehati-hatian diperlukan lantaran informasi mengenai varian Omicron masih sangat sedikit.
Kendati belum terdeteksi di Indonesia, tetapi sudah ada belasan ribu kasus yang disebabkan varian Omicron di puluhan negara.
Sementara, banyak orang beranggapan pandemi sudah terkendali. Padahal di beberapa negara, kasus varian Omicron justru menjadi dominan dan menggeser varian Delta yang sempat membuat layanan kesehatan nyaris kolaps.
"Yang kita tahu, variannya namanya Omicron, B.1.1.529 itu lineage-nya, dinyatakan berisiko sangat tinggi karena kecenderungan tingkat transmisinya tinggi oleh WHO, karena WHO memutuskan berdasarkan data-data di Afrika Selatan," jelas Riza.
Hal yang perlu diperhatian, virus corona Omicron B.1.1.529 masih terus berkembang. Saat ini, terdapat dua kelompok varian Omicron yang terdeteksi, yakni BA.1 dan BA.2.
BA.2 dianggap lebih sulit dideteksi karena secara genetis cukup berbeda dengan lineage Omicron BA.1.
"Ada dua jenis (varian Omicron), BA.1 ini perilaku agak berbeda dengan BA.2. Perilaku ini titik mutasi, jumlahnya berbeda, letaknya berbeda, artinya varian ini sedang dicari asal muasalnya, dari mana, dan perlu berapa kali siklus transmisi untuk mendapat varian seperti Omicron," jelas Riza.
Baca juga: Wamenkes Ungkap 72 Negara Terdeteksi Varian Omicron, Terbanyak di Afrika Selatan
Sebelumnya, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, per Rabu (15/12/2021), tercatat 76 negara melaporkan kasus Covid-19 dari varian virus Corona B.1.1.529 atau Omicron.
Nadia mengatakan, kasus Covid-19 dari Varian Omicron ditemukan dari para pelaku perjalanan internasional dan transmisi komunitas.
"WHO mengungkapkan per tanggal 13 Desember sudah ada 76 negara yang melaporkan telah menemukan kasus Omicron baik yang diperoleh dari para pelaku perjalanan maupun yang diperoleh dari komunitas," kata Nadia dalam konferensi pers secara virtual terkait PPKM, Rabu (15/12/2021).
***
Catatan redaksi: Artikel ini telah diperbaiki terkait kesalahan penulisan atribusi narasumber Riza Arief Putranto. Atas kesalahan ini redaksi meminta maaf.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.