Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menyembuhkan Islamofobia

Kompas.com - 09/12/2021, 14:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

FOBIA merupakan jenis gangguan perilaku manusia yang secara berlebihan takut bahkan benci terhadap sesuatu. Bentuk dan jenis fobia beraneka ragam, misalnya globofobia sebagai fobia terhadap balon, ablutofobia sebagai fobia terhadap mandi, porfirofobia sebagai fobia terhadap warna ungu.

Bagi mereka yang kebetulan tidak menderita globofobia, ablutofobia, porfirobia, kemungkinan besar menganggap saya mengada-ada dengan memunculkan istilah-istilah fobia yang sebenarnya tidak ada.

Baca juga: Pimpin Kelompok Kerja OKI, Menlu Retno Ingin Hentikan Islamofobia

 

Anggapan itu keliru. Saya tidak perlu mengada-ada karena istilah-istilah itu memang benar-benar ada.

Bagi yang masih tidak percaya, silakan cek ke mesin pencari Google. Meski istilah-istilah fobia itu sudah saya indonesiakan, mohon cari dalam bahasa aslinya yaitu globophobia, ablutophobia, porphyrophobia.

Islamofobia

Masih ada jenis fobia yang diderita para insan yang secara berlebihan takut bahkan benci sesuatu, yaitu Islamofobia. Alasan menderita Islamofobia dapat dimaklumi, yaitu takut dan benci Islam karena ada orang yang mengatasnamakan Islam melakukan kekerasan yang disebut terorisme.

Wajar bagi mereka yang takut lalu benci terhadap terorisme yang kebetulan memang dilakukan oleh insan yang mengaku dirinya Islam seperti para pelaku terorisme Bom Bali di Kuta atau 911 di New York City. Memang fakta membuktikan, yang melakukan terorisme Bom Bali dan 911 adalah mereka yang mengaku dirinya Islam.

Namun sebenarnya, sungguh tidak adil apabila hanya para pelaku terorisme itu ada yang beragama Islam maka dipukul-rata semua umat Islam adalah pelaku terorisme.

Sama halnya apabila para pelaku huruhara yang bersifat rasial terhadap warga keturunan Tionghoa adalah warga Indonesia lalu digeneralisir bahwa semua warga Indonesia rasialis.

Baca juga: Muslim AS Melawan Islamofobia dengan Humor

Mungkin secara kimiawi, setetes nila memang bisa merusak susu sebelanga. Namun manusia bukan nila maupun susu. Maka, sebaiknya apabila ada beberapa yang mengaku Islam melakukan terorisme, mohon jangan digebyah-uyah bahwa seluruh umat Islam adalah teroris.

Kebetulan saya bersahabat dengan para warga Indonesia yang beragama Islam seperti Gus Dur, Pak Amien, Bu Mega, Pak SBY, Mas Jokowi, Cak Nur, Cak Nun, Gus Mus, Bu Nur, Mbak Alisa, Mbak Yenny, Mbak Anita, Mbak Inayah, Cak Mahfud, Mas Din, Mas Nurwahid, Mas Nasir, Pak Syaarif, Pak Shihab, Mbak Shihab, Bu Musdah, Pak Said, Pak Salim, Pak Azra, Mas Anies, Mas Sandi, Mas Ganjar, Mbak Kofifah, Mbak Risma dan para tokoh muslimin serta muslimah yang semuanya terbukti secara tak terbantahkan adalah para manusia berbudi pekerti luhur.

Manusia

Perlu disadari bahwa yang melakukan teror pasti bukan agama tetapi manusia. Dapat dipastikan bahwa bukan agama yang melakukan terorisme tetapi pasti manusia.

Maka, adalah tidak benar apabila kita membenci agama padahal yang melakukan terorisme adalah manusia, Sebaiknya para penderita Islamofobia berkenan mengganti fobia mereka dari Islamofobia menjadi Terorofobia alias fobia terhadap terorisme yang memang jauh lebih layak menjadi sasaran fobia.

Terus terang, saya pribadi juga menderita fobia berat terhadap terorisme sebab terorisme memang tidak sesuai sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

Maka, sebagai pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan, saya siap bergabung ke Paguyuban Penderita Terorofobia demi membasmi habis terorisme dari peradaban umat manusia di planet Bumi ini!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelas Arus Mudik-Balik

Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelas Arus Mudik-Balik

Nasional
Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Nasional
Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Nasional
Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Nasional
Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Nasional
Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Nasional
Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Nasional
Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Nasional
Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Nasional
Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com