JAKARTA, KOMPAS.com - Varian baru virus Corona B.1.1.529 atau Omicron sudah terdeteksi di tiga negara tetangga Indonesia yaitu Singapura, Malaysia dan Australia.
Bahkan, Malaysia melaporkan lebih dahulu mendeteksi varian Omicron di negaranya dibandingkan Afrika Selatan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan varian ini sebagai variant of concern (VoC) atau varian yang menyebabkan peningkatan penularan dan kematian serta dapat mempengaruhi efektivitas vaksin.
Lantas, kenapa varian Omicron belum terdeteksi di Tanah Air?
Ahli epidemiologi Indonesia di Griffith University Dicky Budiman mengatakan, varian Omicron ini ditemukan di Afrika Selatan karena negara tersebut memiliki surveilans genomik yang baik.
Surveilans genomik merupakan upaya pelacakan dan pemantauan genom virus corona untuk mencegah meluasnya penyebaran virus.
Baca juga: Menjelang Libur Nataru Muncul Varian Baru Omicron, Ada Apa?
Menurut Dicky, varian tersebut kemungkinan sudah masuk ke Indonesia bila surveilans genomik yang dilakukan melalui laboratorium Whole Genome Sequencing (WGS) lebih banyak.
"Kita juga harus menyadari surveilans genomik kita itu juga relatif lemah dengan 0,2 persen dari total kasus yang ada terus di-squencing, sehingga kemampuan kita dalam mendeteksi varian ini, memahami keberadaan varian ini, sangat kurang," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (6/12/2021).
Dicky meminta agar surveilans genomik yang dilakukan pemerintah dapat mencapai 1 persen atau sama seperti Afrika Selatan 0,8 persen.
Dengan demikian, pemerintah memiliki gambaran mengenai kondisi varian baru Corona di Tanah Air.
"Ini yang harus ditingkatkan, sehingga kalau mengklaim enggak ada (varian virus di Indonesia) tapi juga surveilans dikisaran 1 persen atau sama seperti Afsel 0,8 persen tentu akan juga lebih memiliki argumen yang kuat," ujarnya.
Baca juga: Setelah Omicron, Apa Lagi?
Dicky mengatakan, masuknya varian Omicron di Indonesia hanya menunggu waktu sama halnya saat varian Delta, Beta dan Alpha.
Sebab, kata dia, pergerakan pelaku perjalanan internasional sangat aktif dan cepat.
Selain itu, menurut Dicky, meski Indonesia berupaya mengurangi risiko masuknya varian baru tersebut dengan menerapkan entry test dan exit test bagi pelaku perjalanan internasional.
Namun, hal tersebut, menurut dia, tidak menjadi jaminan penularan virus dapat ditekan.
"Sebab kita ingat ini (entry test dan exit test) pun enggak jadi jaminan karena masa karantina kita sebelumnya tidak 7 hari atau 10 hari, tetapi 5 hari ke bawah," tuturnya.
Lebih lanjut, Dicky mengatakan, dalam kondisi saat ini, pemerintah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan varian Omicron dengan menguatkan respons terhadap pemeriksaan (testing), pelacakan kontak erat (tracing) dan perawatan (treatment), protokol kesehatan dan vaksinasi.
Baca juga: Bagaimana Persiapan Kemenkes jika Kasus Omicron Terdeteksi di Indonesia?
"Dan khusus untuk masyarakat kita ingatkan kalau kita abai masker, abai jaga jarak, enggak mau divaksin, ya ini akan merugikan kita sendiri dan hadirnya varian-varian yang super bahkan ini belum tentu yang terakhir varian omicron ini, bisa ada yang lebih berat lagi kalau kita abai," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.