JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo untuk pertama kalinya menggunakan pesawat sewaan milik Garuda Indonesa dalam rangkaian kunjungan kerjanya ke Italia, Inggris Raya, dan Uni Emirat Arab.
Jokowi bertolak ke Roma, Italia, pada Jumat (29/10/2021) menggunakan pesawat Boeing B777-300ER yang dicarter dari Garuda Indonesia. Biasanya, dalam kunjungan kerja, Jokowi menggunakan pesawat kepresidenan Boeing B737-800 BBJ-2.
Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono membenarkan bahwa ini kali pertama Presiden Jokowi menggunakan pesawat carter Boeing B777-300ER milik Garuda Indonesia.
"Iya, pertama kali," kata Heru saat dihubungi, Jumat siang.
Adapun Boeing B777-300ER yang dicarter Istana untuk kunker Jokowi sedianya sudah lama disiapkan, tepatnya sejak Februari 2020.
Kala itu, foto pesawat berbadan besar yang tengah dicat dengan logo Sekretariat Presiden lengkap dengan strip berkelir merah sempat menghebohkan publik.
Foto itu pertama kali diunggah akun Instagram @avia.pedia di Instagram. Pesawat tersebut berada di sebuah hanggar. Di badan pesawat ada tulisan dan logo Republik Indonesia. Namun belakangan foto yang diunggah akun tersebut sudah tidak bisa diakses.
Kendati demikian, foto pesawat kepresidenan tersebut sudah terlanjur viral dan ramai diperbincangkan oleh warganet.
Pihak Istana Kepresidenan pun sempat memberikan keterangan yang berbeda-beda soal pesawat tersebut.
Baca juga: Tak Naik Pesawat Kepresidenan, Jokowi Terbang ke Roma Carter Garuda Indonesia
Pertama, Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengakui, ada rencana Istana untuk menyewa pesawat dari Garuda jika Presiden Joko Widodo hendak melakukan kunjungan luar negeri dalam jarak jauh.
Sebab, pesawat kepresidenan Boeing Business Jet (BBJ) 2 tipe 737-800 yang ada saat ini harus melakukan beberapa kali transit jika menuju negara yang lokasinya cukup jauh. "Jadi transit itu kan mahal banget," kata Pratikno.
"Ya nanti kalau ada perjalanan jauh kemungkinan kita baru (sewa)," ujar dia.
Saat ditanya kenapa pesawat Garuda yang beredar di medsos itu sudah dicat dengan logo Garuda dan tulisan republik Indonesia, Pratikno tidak menjawab.
Ia meminta wartawan bertanya kepada Deputi bidang Protokol, Pers dan Media Bey Machmudin yang kebetulan ada di sampingnya.
"Pak Bey, jawablah Pak. Kok aku disuruh jawab," kata Pratikno.