JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P-LIPI) Firman Noor mengatakan, kemunculan Partai Buruh sangat relevan dengan kondisi sekarang ini.
Hal itu mengingat tidak ada partai politik yang menyuarakan aspirasi kelompok pekerja atau buruh secara penuh.
Namun, ia mengatakan, untuk masuk ke dalam kontestasi politik yang nyata, Partai Buruh memiliki perjuangan yang cukup panjang yaitu mereka harus memiliki pendanaan yang besar, ketokohan dan jaringan.
"Dalam politik yang paling real, tentu saja butuh pendanaan yang cukup besar bagi sebuah partai, tidak saja eksis tapi juga berkiprah, kemudian mereka akan bertarung di level nasional dan lokal dan ketokohan itu penting, selain itu jaringan atau networking," kata Firman saat dihubungi Kompas.com, Selasa (5/10/2021).
Baca juga: Partai Buruh Dihidupkan Kembali, Golkar: Selama Berdasarkan Ideologi yang Disepakati, Kita Welcome
Menurut Firman, munculnya Partai Buruh ini bisa menjadi alternatif pilihan bagi publik, meski tidak ada jaminan seluruh pekerja atau buruh akan memilih partai tersebut dalam Pemilu 2024.
Sebab, kata dia, beberapa buruh juga memercayakan aspirasinya kepada partai politik yang ada.
"Kalau kita bicara prospek ke depan masih sama dengan partai-partai baru lain, masih perlu lebih banyak perjuangan lagi dan hasilnya tidak bisa langsung ditebak seperti apa tapi dari sisi standing position mereka saya kira relevan dengan situasi sekarang," ujarnya.
Lebih lanjut, Firman mengatakan, tradisi kehadiran Partai Buruh di Tanah Air, jarang memperoleh suara terbanyak dari pemilih.
Oleh karenanya, kata dia, kemunculan Partai Buruh ini harus diiringi dengan membangun sense of belonging atau rasa memiliki agar menjadi perhatian publik.
"Jadi masih cukup banyak yang harus dikerjakan oleh partai ini," ucap dia.
Diketahui, sejumlah organisasi buruh kembali membangkitkan Partai Buruh melalui kongres di Jakarta, Senin (5/10/2021).
Said Iqbal yang juga Presiden Konfederasi Serikat Buruh Indonesia (KSPI) terpilih menjadi Presiden Partai Buruh periode 2021-2026.
Iqbal menjelaskan, satu alasannya mendirikan Partai Buruh adalah terkait kekalahan perjuangan buruh dalam pembahasan dan penolakan terhadap omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja.
"Alasan PB dihidupkan kembali, kekalahan telak kelas pekerja buruh tani, nelayan, guru, dan orang-orang kecil lain (terkait) omnibus law. Omnibus law, lah, UU Cipta Kerja yang men-trigger Partai Buruh dihidupkan kembali,” kata Iqbal dalam konferensi pers, Senin (5/10/2021).
Baca juga: Sambut Baik Kehadiran Partai Buruh, PKS: Selamat Berjuang
Iqbal mengatakan, Partai Buruh ingin memperjuangkan aspirasi para buruh dalam parlemen. Sehingga, perjuangan para buruh tidak lagi hanya dilakukan di jalanan melalui aksi demonstrasi.
Partai Buruh baru setidaknya didukung oleh 11 organisasi serikat pekerja di antaranya para pendiri Partai Buruh lama, KSBSI, Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Organisasi Rakyat Indonesia (ORI), dan KSPI.
Lalu, Serikat Petani Indonesia (SPI), Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI), Federasi Serikat Pekerja Kimia Energi Pertambangan (FSPKEP), Federasi Serikat Pekerja Farmasi Kesehatan (FSB Farkes), Forum Pendidik Tenaga Honorer dan Swasta Indonesia (FPTHSI), serta Gerakan Perempuan Indonesia (GPI).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.