JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengatakan, saat ini sudah ada 40 persen sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Namun, Nadiem menilai, angka tersebut masih sangat rendah.
“Alhamdulillah sudah 40 persen sekolah mulai tatap muka, tapi itu masih angka yang sangat kecil,” kata Nadiem, dalam talkshow Bangkit Bareng, secara virtual, Selasa (28/9/2021).
Baca juga: Nadiem Sebut PJJ Berdampak Banyak Anak Kesepian hingga Orangtua Stres
Berdasarkan data Kemendikbudristek, Minggu (26/9/2021), dikutip dari Kompas.id, terdapat 537.302 satuan pendidikan jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD), SD, SMP, SMA/SMK, madrasah dan pendidikan non-formal.
Sebanyak 72,21 persen atau 156.599 satuan pendidikan masih belajar dari rumah. Sedangkan PTM terbatas sudah dilaksanakan di 60.257 satuan pendidikan (27,79 persen), serta yang belum menjawab 59,64 persen atau 320.446 satuan pendidikan.
Nadiem berpandangan, anak-anak sebaiknya mulai melakukan belajar tatap muka agar tidak semakin tertinggal.
“Kalau kita enggak mau semakin ketinggalan lagi, ya anak-anak harus selalu tatap muka dengan protokol kesehatan yang teraman, yang bisa kita lakukan di masing-masing daerah,” tuturnya.
Baca juga: Nadiem Khawatir Anak-anak Makin Lama Lakukan Pembelajaran Jarak Jauh
Menurut Nadiem, pandemi Covid-19 ini telah memperbesar ketimpangan di dunia pendidikan.
“Sebelum pandemi pun kita sudah sebenarnya ketinggalan dari angka PISA (Programme for International Student Assessment) kita dibandingkan dengan negara-negara lain,” ucapnya.
Ketertinggalan tersebut, menurutnya, semakin terjadi di masa pandemi saat kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring.
“Pada saat pandemi kita melihat ini kondisi memperburuk terutama untuk daerah-daerah di mana tingkat sosial ekonomi itu masih rendah,” ujar dia.
Baca juga: Nadiem Tegaskan 2,8 Persen Sekolah Jadi Klaster Covid-19 Itu Data Kumulatif Selama Pandemi
Dalam kesempatan yang sama, Nadiem mengungkapkan, pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi tidak hanya berdampak pada ketertinggalan atau learning loss.
Ia mengatakan, PJJ jangka panjang saat pandemi dapat menyebabkan anak merasa kesepian dan trauma secara emosional.
“Orangtua juga stres di rumah dan menyebabkan berbagai macam isu dan tension antara orangtua dan anak-anaknya,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.