Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Rumitnya Masalah Stunting, dari Kesehatan hingga Sosial Budaya

Kompas.com - 13/09/2021, 17:28 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kasus stunting tertinggi di dunia. Stunting adalah kondisi anak yang memiliki tinggi badan tidak sesuai dengan usianya.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, Indonesia menempati urutan ke-4 di dunia dan ke-2 di Asia Tenggara sebagai negara dengan angka stunting yang tinggi.

Fasilitator Kementerian Sosial (Kemensos) Mujiastuti mengatakan, hal tersebut bukanlah pencapaian yang patut dibanggakan dan dapat menjadi ancaman bagi masa depan Indonesia beberapa tahun ke depan.

Dia menjelaskan, dampak jangka panjang dari stunting adalah risiko terkena penyakit degeneratif sampai dengan gangguan perkembangan kognitif sehingga dapat berimbas pada penurunan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.

“Oleh karenanya, pemerintah menjadikan penurunan angka stunting menjadi program prioritas nasional dengan target penurunan sampai dengan 14 persen pada 2024,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (13/9/2021).

Baca juga: Menko PMK: Stunting Merupakan Ancaman bagi Pembangunan SDM

Mujiastuti menegaskan, stunting menjadi momok dalam pembangunan masyarakat Indonesia, khususnya bagi keluarga prasejahtera sebagai kelompok masyarakat rentan.

Sebab, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), keluarga prasejahtera merupakan kelompok yang tidak dapat memenuhi salah satu dari enam kebutuhan dasar keluarga, seperti kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan.

“Memang, tidak semua anak dari keluarga prasejahtera mengalami kekurangan gizi, namun keterbatasan akses terhadap informasi yang berkualitas dan lemahnya pengetahuan terkait pencegahan stunting menempatkan anak-anak dari keluarga pra sejahtera berpotensi mengalami stunting,” jelasnya.

Mujiastuti menjelaskan, penyebab stunting bukan hanya permasalahan kemiskinan yang berdampak pada kekurangan gizi pada ibu dan anak. Bahkan, Stunting juga disebabkan konstruksi sosial budaya yang ada di masyarakat.

Dia menyebutkan, kebiasaan turun temurun di masyarakat memengaruhi pola asuh maupun cara hidup manusia. Beberapa kebiasaan tersebut diketahui kurang sesuai dalam praktik pencegahan stunting.

Baca juga: Stunting, Apa Hubungannya dengan Kecerdasan Anak?

“Sebagai contoh, di sebagian budaya di Indonesia yang sangat mengedepankan posisi suami atau anak laki-laki, akan lebih mengutamakan para suami atau anak laki-laki untuk mengonsumsi makanan yang mengandung nilai gizi tinggi dibandingkan Ibu yang sedang hamil atau anak perempuan,” paparnya.

Fasilitator Kementerian Sosial (Kemensos) MujiastutiDOK. Humas Tanoto Fasilitator Kementerian Sosial (Kemensos) Mujiastuti

Dia juga mencontohkan, tradisi pemberian makan pisang pada bayi usia di bawah enam bulan agar anak kenyang dan tidak rewel masih banyak dilakukan. Padahal, pada periode tersebut asupan gizi terbaik bagi bayi adalah air susu ibu (ASI) eksklusif.

Mujiastuti mengatakan, fenomena ini mengisyaratkan bahwa penanganan stunting dan faktor sosial budaya masyarakat menjadi dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.

“Kondisi yang sama dialami mayoritas keluarga prasejahtera, bahkan dapat berpotensi semakin kompleks,” tuturnya.

Selain menghadapi persoalan sosial budaya, keluarga prasejahtera juga banyak mengalami masalah lainnya, seperti lemahnya pemahaman masyarakat terkait pola asuh dan pemberian gizi yang baik kepada anak.

Baca juga: Menkes: Penanganan Stunting Akan Terus Dilakukan Hingga Tak Jadi Masalah di Indonesia

Halaman:


Terkini Lainnya

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi Ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi Ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com