JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan, perjalanan dunia kemiliteran Indonesia sempat memunculkan sebuah mitos yang menghinggapi seorang perwira.
"Dulu memang ada mitos di dunia militer. Perwira tergolong dua, ada perwira lapangan dan perwira pemikir," ujar mantan Kepala Staf Teritorial ABRI in, saat memberikan sambutan dalam peluncuran buku "Tentara Kok Mikir?" yang menceritakan kehidupan dan pemikiran Gubernur Lemhanas Agus Widjojo, Rabu (25/8/2021).
SBY menyebut, penggolongan terhadap perwira tersebut tak ubahnya sebagai mitos yang menyesatkan.
Baca juga: Pesan Kemerdekaan SBY: Mencapai Indonesia Gemilang Tak Ada Jalan Pintas
Ia beralasan, ketika berbicara militer, otomatis tak bisa jauh dari kegiatan peperangan, pertempuran, strategi, taktik, hingga kepemimpinan.
Menurut mantan wakil ketua Fraksi ABRI MPR ini, modal kegiatan tersebut seluruhnya merujuk faktor kepemimpinan militer demi kelancaran dalam pelaksanaannya.
Tak heran jika sejak menjalani pendidikan di Akademi Militer (Akmil) hingga purna tugas, seorang perwira militer selalu dilatih untuk berpikir taktis dan strategis.
"Baik itu di lingkup penugasan di masa damai maupun penugasan di masa perang," kata SBY.
Menurutnya, mitos penggolangan perwira militer tersebut harus segera dipatahkan.
Sebab, semakin tinggi pangkat seorang perwira, semakin besar pula tanggung jawabnya.
Termasuk tanggung jawabnya dalam membubuhkan pemikiran strategis di masa damai untuk pengembangan kekuatan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan lainnya.
"Itu argumentasi saya bahwa bagaimana perwira harus berpikir," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.