Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Lindungi Bambu Laut dengan Teknologi Wahana Restorasi, Peneliti Kementerian KP Ini Raih Satyalancana

Kompas.com - 19/08/2021, 10:24 WIB
Dwi NH,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Eksploitasi berlebihan terhadap bambu laut tidak hanya mengancam kelestariannya, tetapi juga dapat merusak ekosistem laut.

Untuk diketahui, bambu laut merupakan jenis karang yang berperan sebagai penyusun terumbu karang kedua setelah karang batu.

Guna melindungi bambu laut serta ekosistem laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kementerian KP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melakukan berbagai upaya.

Salah satu upaya tersebut diwujudkan melalui pembangunan teknologi “Wahana Perekayasaan Teknologi Konservasi Biota (Wakatobi) Sea Bamboo (bambu laut)”.

Baca juga: Upacara Bendera Sambil Menyelam Menikmati Keindahan Bawah Laut Wakatobi

Adapun teknologi itu diciptakan salah satu peneliti dari Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan (LPTK) Sunarwan Asuhadi. LPTK merupakan suatu wadah penelitian di bawah supervisi Pusat Riset Kelautan BRSDM.

Atas partisipasi Sunarwan, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) memberikan tanda kehormatan Satyalancana Pembangunan bertepatan pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Kemerdekaan RI.

Tanda kehormatan tersebut diserahkan Menteri Kelautan dan Perikanan (Menteri KP) Sakti Wahyu Trenggono bersama beberapa pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kementerian KP) lainnya, termasuk dari BRSDM, Selasa (17/8/2021).

Baca juga: Jaga Kesehatan Laut, Menteri Trenggono Pastikan Perairan Indonesia Bebas Cantrang

"Kepada bapak dan ibu penerima Satyalancana pada hari ini, Selasa (17/8/2021), Anda merupakan ujung tombak terdepan Kementerian KP untuk hadir di tengah-tengah masyarakat kelautan dan perikanan dalam memberikan pelayanan yang terbaik," ujarnya, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (19/8/2021).

Trenggono menilai, Sunarwan berhasil menginisiasi Wakatobi Sea Bamboo yang memiliki keunggulan struktur yang kuat.

Tak hanya kuat, teknologi tersebut juga memiliki ruang perlindungan biota, aneka formasi substrat, dan membuat bibit lebih tahan pada perairan berombak maupun berarus kencang.

Baca juga: Akibat Pemanasan Global, Biota Laut Migrasi ke Kawasan Kutub

“Dengan Wakatobi Sea Bamboo, kelestarian bambu laut dapat terjaga dan masyarakat bisa menerima manfaatnya. Terutama di Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Buton Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sulteng),” ucap Trenggono.

Pada kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BRSDM Kusdiantoro mengatakan, pihaknya terus mendukung progam prioritas yang menjadi terobosan Kementerian KP.

“Dukungan tersebut kami lakukan melalui riset dan inovasi teknologi guna menghasilkan sumber daya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan,” ujarnya.

Turut menunjang sektor pariwisata

Inovasi teknologi Wakatobi Bamboo Sea diklaim tidak hanya menunjang sektor kelautan dan perikanan, tetapi juga dapat meningkatkan pertumbuhan sektor lain, seperti pariwisata.

“Teknologi Wakatobi Sea Bamboo lahir secara orisinil dari internal Tim LPTK dengan mempertimbangkan karakter lokasi Wakatobi. Seperti diketahui, kawasan ini dikenal sebagai wilayah pulau-pulau kecil yang dipengaruhi dua musim sekaligus, yakni barat dan timur,” ujar Peneliti LPTK Sunarwan Asuhadi.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com