JAKARTA, KOMPAS.com - Rosihan Anwar berusia 74 tahun saat kerusuhan 27 Juli 1996 atau Kudatuli terjadi. Ketika itu, dia tak lagi bekerja sebagai wartawan surat kabar.
Tetapi naluri jurnalistik membuatnya mendekat ke kantor Partai Demokrasi Indonesia (PDI), di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.
Jarak ke lokasi hanya beberapa ratus meter dari kediamannya di Jalan Surabaya Nomor 13, Menteng, Jakarta Pusat.
Lewat tulisannya dalam buku Sejarah Kecil "Petite Historie" Indonesia jilid 1 (2009), Rosihan bercerita.
Baca juga: 25 Tahun Kudatuli: Peristiwa Mencekam di Kantor PDI
Pagi itu sekitar pukul 07.00 WIB, pasukan Gegana berseragam hitam berbaris lewat depan rumahnya.
Mereka tak membawa senjata laras panjang, hanya tongkat yang sering dipakai polisi saat menghadapi kerumunan demonstrasi.
Aparat berbaris tanpa bersuara, menuju ujung Jalan Surabaya yang menyilangi Jalan Diponegoro di perempatan.
"Berapa banyak jumlahnya? No idea, tidak bisa kira," tulis Rosihan.
Pagi hari biasanya waktu Rosihan untuk berolahraga. Namun, hari itu ia sedang meliburkan diri.
Ia melihat di pinggir jalan banyak penduduk berkerumun jadi penonton. Mereka menyaksikan penyerbuan terhadap markas PDI.
PDI saat itu dipimpin Megawati Soekarnoputri. Putri Soekarno itu terpilih menjadi ketua umum menggantikan Soerjadi berdasarkan kongres partai pada 1993.
Waktu itu Pemerintahan Soeharto menerima kenyataan tersebut untuk sementara waktu. Namun, kehadiran Megawati sebagai ketua umum partai lama-lama tampak menjadi simbol kuat perlawan terhadap Orde Baru.
Pada Juni 1996, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) merekayasa suatu kongres luar biasa PDI untuk menurunkan Megawati sebagai ketua umum dan menaikkan kembali Soerjadi di posisi itu.
Tadinya, Soerjadi juga tidak dipercaya oleh Soeharto, tetapi pada pertengahan tahun 1996, tampaknya dia kurang berbahaya ketimbang Megawati. Tindakan pemerintah itu ditolak Megawati dan para pendukungnya.
Megawati menempuh jalan hukum, mengadukan pemerintah yang telah melakukan intervensi. Ia mempertahankan kontrol atas markas partainya.