Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Guru Besar FKUI, Ada 5 Pelajaran dari India untuk Atasi Kelangkaan Oksigen

Kompas.com - 08/07/2021, 10:37 WIB
Tsarina Maharani,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama mengatakan, pemerintah dapat belajar dari India untuk mengatasi kelangkaan oksigen untuk penangangan Covid-19.

Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia Regional Asia Tenggara (WHO SEARO) ini memaparkan, ada lima hal yang dilakukan India saat terjadi kelangkaan oksigen.

Pertama, melarang penggunaan oksigen cair untuk kepentingan nonkesehatan.

"Pelaksanaannya pernah amat ketat dan industri lain memang tidak boleh menggunakan oksigen, bahkan disebutkan tanpa kecuali, " kata Yoga dalam keterangannya, Kamis (8/7/2021).

Baca juga: 12 Menteri India Ramai-ramai Mundur Imbas Lonjakan Covid-19

Kedua, menginisiasi pemasangan Medical Oxygen Generation Plants, yaitu seperangkat alat tanam yang dapat menghasilkan oksigen untuk kebutuhan medis darurat, di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.

Ketiga, mempercepat distribusi, seperti dengan oxygen express trains. Distribusi oksigen dilakukan menggunakan kereta cepat ke berbagai daerah.

Keempat, melibatkan peran berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk pemenuhan oksigen warga.

"Misalnya, Hemkunt Foundation, ada 150 relawan, melayani sekitar 15 ribu panggilan telepon, semacam pelayanan oksigen drive-through. Kemudian, Sewa International menyediakan oxygen concentrator," ujar Yoga.

Kelima, India juga menerima bantuan oksigen dari negara lain, termasuk Indonesia. Kepada India, Amerika Serikat menyumbang 1.100 silinder oksigen, Perancis menyumbangkan oksigen cair, dan Inggris mengirimkan oxygen concentrator.

Hal lain yang juga penting dalam mengatasasi kelangkaan oksigen adalah menangani masalah di pangkalnya, yaitu menekan jumlah penduduk yang sakit.

Baca juga: Langkanya Tabung Oksigen, Dulunya Disumbangkan ke India dan Kini Diimpor Pemerintah

Yoga mengatakan, banyak negara bagian di India melakukan lockdown ketat, sehingga mobilitas penduduk sangat terbatas.

"Kita tahu bahwa cukup banyak negara bagian di India, juga kota besar seperti New Delhi Ibukota India dan Mumbai pusat industri film Bollywood, yang melakukan lockdown cukup ketat sehingga mobilitas penduduk jadi amat dibatasi," ucapnya.

Negara bagian lain menggunakan pembatasan sosial yang bervariasi sesuai pola epidemiologisnya masing-masing. Karena itu, laju penularan Covid-19 di masyarakat dapat ditekan.

"India juga meningkatakan jumlah tesnya amat tinggi menjadi sekitar 2 juta orang per hari, dan jumlah vaksinasi sampai 8 juta orang per hari. Jumlah yang amat besar," kata Yoga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar Tegaskan Belum Ada Upaya Revisi UU MD3 demi Kursi Ketua DPR

Golkar Tegaskan Belum Ada Upaya Revisi UU MD3 demi Kursi Ketua DPR

Nasional
Tak Ada Anwar Usman, MK Diyakini Buat Putusan Progresif dalam Sengketa Pilpres

Tak Ada Anwar Usman, MK Diyakini Buat Putusan Progresif dalam Sengketa Pilpres

Nasional
Gibran Dampingi Prabowo ke Bukber Golkar, Absen Saat Acara PAN dan Demokrat

Gibran Dampingi Prabowo ke Bukber Golkar, Absen Saat Acara PAN dan Demokrat

Nasional
Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

Nasional
Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

Nasional
Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

Nasional
Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Nasional
Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Nasional
Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Nasional
Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Nasional
Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Nasional
Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Nasional
Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Nasional
Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com