JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Pulungan berharap agar anak-anak, terutama remaja, menjadi agen perubahan untuk melawan pandemi Covid-19.
Hingga Rabu (23/6/2021), total kasus Covid-19 di Indonesia telah mencapai 2 juta kasus. Dari total kasus tersebut, 12,5 persen di antaranya atau sekitar 200.000 orang merupakan anak-anak.
Sedangkan, 2 persen dari total kasus Covid-19 yang menimpa anak-anak dilaporkan meninggal dunia.
Menurut Aman, ada 30 persen anak-anak remaja dengan rentang usia 10-18 tahun yang meninggal akibat Covid-19. Sedangkan, 50 persen lainnya merupakan anak usia balita.
"Jadi remaja kita ini tidak bisa diatur," kata Aman di acara Sosialisasi Peran Anak Sebagai Pelopor dan Pelapor Penanggulangan Covid-19: Perspektif Perlindungan Anak secara daring, Kamis (24/6/2021).
Umumnya, para remaja itu sulit diatur karena mereka tak mau mendengarkan anjuran untuk menerapkan protokol kesehatan yang ketat kecuali dari orang yang mereka anggap hebat.
Baca juga: Indonesia Negara Pertama di ASEAN yang Tembus 2 Juta Kasus Covid-19, Ini Permintaan Ketua MPR
Oleh karena itu, ia pun berharap Forum Anak yang berada di bawah Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPPA) menjadi agen perubahan untuk menyampaikan bahaya Covid-19 kepada rekan-rekan remaja seumuran mereka.
Ia ingin para remaja di Tanah Air percaya bahwa pandemi ada sehingga harus menaati protokol kesehatan.
Apalagi mereka bukanlah superhero karena bisa sakit dan meninggal dunia akibat Covid-19.
"Kami sangat ingin remaja jadi agen perubahan. Remaja harus kita libatkan di seluruh dunia. Remaja kita hebat, kasih mereka kesempatan. Sampaikan (bahaya Covid-19) pakai bahasa mereka," kata dia.
Aman menambahkan, salah satu penyebab tingginya kasus anak meninggal dunia akibat Covid-19 karena lambatnya proses testing. Terlebih, bila anak-anak tersebut tidak taat protokol kesehatan, sehingga akan menyulitkan petugas medis.
Baca juga: Keluarga Pasien Covid-19 Hajar Seorang Perawat karena Menggunakan APD
Oleh karena itu, anak-anak tersebut harus mau di-tracing untuk mengetahui apakah terpapar Covid-19 atau tidak.
"Kalau merasa bosan di rumah coba rasakan rasa bosan 1,5 tahun ini dibanding sehari diisolasi pakai oksigen atau ICU," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.