SERING kita mendengar bahwa Indonesia merupakan negara besar dengan sumber daya alam yang melimpah. Kalimat itu memang benar adanya, karena negara kita seakan berada di posisi Goldilocks: letak geografi yang strategis dan iklim yang baik.
Akan tetapi, harta terbesar dari sebuah negara bukanlah hanya terpaku pada sumber daya alamnya, melainkan sumber daya manusia. SDM yang dimaksud adalah pemuda.
Pemuda adalah aset bangsa dan berbagai revolusi pergerakan diawali oleh pemuda. Pergerakan pemuda mungkin masih identik dengan mengkoordinasi basis massa yang besar. Itu sudah menjadi fakta sejarah dan refleksi bagaimana pemuda punya kekuatan besar dalam membentuk sebuah negara.
Tetapi, sekarang mungkin bukan lagi eranya dimana demonstrasi menjadi simbol pergerakan pemuda. Mereka bergerak dengan karya.
Semenjak konsep Sustainable Development Goals (SDGs) yang disebut Millennium Development Goals sekitar 20 tahun lalu, kepedulian pemuda Indonesia terbentuk. Banyak karya dan gerakan yang telah dibentuk di atas konsep SDGs ini.
Tujuan besar SDGs sendiri adalah agar semua orang maju bersama dan tidak ada yang tertinggal, “No One Left Behind”. Tujuan ini nampaknya cocok dengan corak dan semangat pergerakan anak muda saat ini. Pencapaian target dari 280 indikator merupakan pekerjaan bersama dan menjadi tanggung jawab pemuda lintas sektor.
Pemuda-pemudi terbaik bangsa ini harus mau ‘turun gunung’ menunjukkan kepedulian bergerak nyata sehingga dapat menjadi teladan bagi sesama. Semua sektor berperan dengan kekuatannya masing-masing, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat sipil, swasta, organisasi atau badan regional dan internasional serta akademisi.
Bahkan media pun punya peran sangat kuat dalam hal menglorifikasi dialog publk kepada pemuda sebagai upaya diseminasi pesan mengenai cara berpartisipasi dalam pembangunan berkelanjutan.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin beberapa waktu lalu menyatakan bahwa saat ini skor pencapaian SDGs Indonesia masih di skor 65,3 atau berada di peringkat 101 dari 166 negara lain di dunia. Pencapaian SDGs Indonesia masih tertinggal dari berbagai negara tetangga di Kawasan Asia Tenggara.
Namun, saya pribadi memilih untuk terus optimistis karena adanya “sense of progress” dari beberapa indikator. Ini ditunjukkan dengan naiknya peringkat SDGs Indonesia dari 102 ke 101 pada tahun 2020.
Misalnya saja dalam hal penguatan institusi peradilan dan perdamaian, kualitas pendidikan, inovasi bidang industri dan infrastruktur, kesehatan dan kesejahteraan, penyediaan akses energi bersih dan terjangkau hingga pengurangan kelaparan.