JAKARTA, KOMPAS.com - Tenaga Ahli Bidang Literasi Digital dan Tata Kelola Internet Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Donny Budi Utoyo mengakui sulitnya mencegah penyebaran hoaks.
Menurut Donny, selama masa pandemi Covid-19 ini banyak kabar bohong yang menyebar di masyarakat.
"Sulit sekali untuk mencegah agar hoaks tidak menyebar cepat. Kecenderungan kita semua adalah memilih jawaban yang sederhana walaupun salah, daripada benar tetapi kompleks," ujar Donny, dalam webinar bertajuk Peran Perguruan Tinggi dalam Komunikasi Publik Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, yang digelar Pusat Pengurangan Risiko Bencana Universitas Indonesia (Disaster Risk Reduction Center-DRRC), dikutip dari siaran pers UI, Jumat (28/5/2021).
Baca juga: Kemenkominfo Temukan 105 Isu Hoaks Terkait Vaksin Covid-19
"Hoaks itu sederhana, tetapi salah. Klarifikasi kebenaran itu benar, tetapi kompleks,” ucapnya.
Kompleksitas itulah yang menjadi tantangan komunikasi publik pemerintah dalam menangani hoaks.
Oleh karena itu, Donny mengatakan, sudah saatnya masyarakat menerapkan istilah fiqih informasi.
"Yaitu melakukan filter terhadap informasi yang kita terima dengan cara tidak menyebarkan, melaporkan, dan hanya mengikuti media sosial atau laman yang reputasinya baik," kata dia.
Baca juga: Selama Setahun, Kemenkominfo Catat 1.488 Hoaks Terkait Covid-19 dan Vaksinasi
Dalam kesempatan yang sama, Kepala DRCC UI Fatma Lestari mengatakan, pandemi Covid-19 tidak hanya menjadi krisis kesehatan, tetap juga berpotensi menjadi krisis informasi, sosial, ekonomi, dan politik.
Meluasnya hoaks merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi selain ketidakpastian ekonomi yang menyebabkan frustrasi dan berdampak pada kesehatan mental, serta disintegrasi sosial-ekonomi.
Selain itu,vinformasi yang disebarkan juga harus berbasis data, berkolaborasi dengan komunitas, dan memanfaatkan kebiasaan lokal yang sudah ada.
"Perlu konsep strategi komunikasi publik yang baik dalam mencegah tersebarnya hoaks. Salah satunya dengan melibatkan masyarakat secara luas dan bersifat satu komando," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.