JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta pelaksanaan testing atau pemeriksaan Covid-19 dilakukan sebanyak-banyaknya.
Menurut Budi, tidak perlu takut dengan hasil testing yang menunjukkan kasus positif Covid-19.
Sebab, kondisi tersebut justru dapat mendeteksi pergerakan mutasi varian baru virus corona.
"Tacing 15 kontak erat dalam waktu 72 jam dan testing kalau bisa dilalukan sebanyak-banyaknya. Tidak usah takut kelihatan banyak (kasusnya) sebab itu lebih baik karena kita bisa mendeteksi pergerakan mutasi baru," ujar Budi dalam konferensi pers virtual melalui YouTube Sekretariat Presiden, Senin (17/5/2021).
Baca juga: Pemerintah Pastikan Transparansi Informasi soal Vaksin AstraZeneca
Budi melanjutkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan pedoman bahwa untuk setiap unit terkecil harus minimal 1 per 1000 orang ditesting per minggu.
Jika jumlah seluruh penduduk Indonesia sekitar 270.000, maka dalam sehari setidaknya ada 40.000 orang diperiksa. Dalam sepekan, idealnya ada 280.000 orang yang diperiksa.
"Itu yang berlaku di seluruh unit-unit terkecil baik kabupaten, kota dan provinsi. Sekali lagi dipastikan tracing harus jalan," tegas Budi.
Dia menekankan, yang diperiksa sebenarnya adalah orang-orang yang merupakan kontak erat dari orang yang positif Covid-19. Atau dengan kata lain menggunakan pendekatan testing epidemiologi.
"Ini kami tekankan, sebab suka tidak suka mutasi varian baru itu sudah masuk Indonesia," tegas Budi.
Baca juga: Doni Monardo: Hampir Semua Wilayah Pulau Sumatera Zona Merah dan Oranye Covid-19
Dia menambahkan, ada dua kasus baru positif Covid-19 yang disebabkan penularan varian mutasi baru virus corona.
Menurut Budi, kedua kasus teridentifikasi di Jawa Timur pada pekan lalu. Keduanya ditemukan pada pekerja migran Indonesia (PMI)
Dengan adanya penambahan dua kasus ini, total ada 26 kasus positif di Indonesia yang disebabkan penularan varian mutasi baru virus corona.
Sebelumnya, Budi telah mengungkapkan data kasus positif Covid-19 yang disebabkan paparan varian baru virus corona dari Inggris, India, dan Afrika Selatan.
Menurut Budi, penularan varian yang dikenal dengan nama B.1.1.7, B.1.617 dan B.1.351 itu terkonsentrasi di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Bali.
Data Kemenkes saat itu mencatat ada 13 kasus penularan Covid-19 dari mutasi B.1.1.7 asal Inggris.