JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah mengatakan, sepanjang tahun 2000-2020 tercatat 533 serangan teror di Indonesia.
Ironisnya, kata dia, berbagai serangan teror itu justru dilakukan generasi milenial.
Menurutnya, hal ini terjadi karena dibubarkannya Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7) dan hilangnya materi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan aparatur negara.
"Sejak BP7 dibubarkan, tidak ada lagi lembaga yang berkewajiban mensosialisasikan dasar dan ideologi negara. Dan sejak P4 ditiadakan, tidak ada lagi pelajaran mengenai dasar dan ideologi negara kepada pelajar, mahasiswa dan aparatur negara," kata Basarah dalam keterangannya, Senin (26/4/2021).
Baca juga: Enam Teroris Penyerang Mako Brimob Depok Divonis Mati
Hal tersebut disampaikan politikus PDI-P itu dalam sebuah diskusi Dialog Empat Pilar di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Senin bertemakan "Menangkal Penyusupan Paham Ekstrimisme, Di kalangan Anak Muda".
Basarah melanjutkan, dihapusnya BP7 dan hilangnya P4 tersebut mengakibatkan generasi milenial mencari ideologi dan dasar negara yang dipakai di negara lain.
Kondisi tersebut, kata dia, semakin rumit karena generasi muda lebih percaya kepada media sosial daripada media massa konvensional.
"Terbukti tingkat kepercayaan masyarakat kepada medsos mencapai 20,3 persen. Angka ini lebih besar daripada kepercayaan masyarakat terhadap informasi yang dikeluarkan secara resmi oleh website lembaga pemerintah hanya 15,3 persen," ungkap dia.
Baca juga: Jangan Tertukar, Ini Pengertian Generasi X, Z, Milenial, dan Baby Boomers
Menurut Basarah, generasi muda lebih mudah dipengaruhi untuk melancarkan gerakan radikalisme dan aksi bom bunuh diri.
Hal ini, lanjut dia, dikarenakan umumnya generasi muda memiliki jiwa militan yang sangat kuat.
Ia berpendapat, kepada anak-anak muda itu ditanamkan keyakinan bahwa semua yang dari barat adalah kafir dan thogut, termasuk masalah demokrasi dan Pancasila.
"Akibatnya banyak anak muda yang terpengaruh dan larut dalam aksi radikalisme," tambah dia.
Teror dua bulan sekali
Basarah kembali menyinggung jumlah 533 serangan teror di Indonesia dalam periode 2000-2020.
Ia menilai, dari angka tersebut dapat diartikan bahwa rata-rata setiap bulan terjadi dua kali aksi teror dalam dua puluh tahun terakhir.