JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga menegaskan tentang pentingnya air susu ibu (ASI) eksklusif untuk mencegah stunting pada anak Indonesia.
Menurut Bintang, anak yang tak mendapat ASI eksklusif lebih berisiko terkena stunting.
"Pemberian ASI eksklusif sangat penting untuk menekan angka stunting di Indonesia. Balita yang tidak diberikan ASI eksklusif memiliki risiko stunting sebesar 4,8 kali," kata Bintang di acara Konvensi Perempuan Indonesia, dikutip dari situs Kemen PPPA, Jumat (23/4/2021).
Baca juga: Selain Medis, Penyebab Stunting di Tanah Air Berasal dari Faktor Non-medis
Bintang mengatakan, selain menyosialisasikan pentingnya ASI, dibutuhkan pula edukasi yang tepat tentang makanan pendamping ASI (MPASI).
Termasuk adanya pengarusutamaan gender di dalam keluarga juga dapat berpengaruh untuk mencegah anak stunting.
“Untuk mencapai poin ASI eksklusif dan MPASI, tentunya dibutuhkan dukungan yang setara dari ayah dan ibu," kata dia.
Menurut Bintang, konstruksi sosial yang berkembang di dalam masyarakat sering membebankan tugas pengasuhan pada ibu saja.
Padahal tugas pengasuhan merupakan tugas yang setara antara ayah dan ibu.
Adapun upaya pencegahan stunting yang dilakukan oleh Kemen PPPA antara lain mengembangkan model pencegahan stunting pada anak balita melalui program Kampung Anak Sejahtera.
Kemudian memperkuat jaringan dengan forum anak sebagai wadah aspirasi serta sebagai pelopor dalam pencegahan stunting.
Termasuk juga mengembangkan jaringan kelompok Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA).
Baca juga: Arumi Bachsin Bicara Pencegahan Stunting dengan Edukasi Gizi sejak Remaja
Tak hanya itu, sinergi berbagai pihak juga dibutuhkan agar target penurunan angka stunting dapat tercapai.
"Marilah kita bersinergi dan bergandengan tangan demi pemenuhan gizi yang tepat, serta pemenuhan hak untuk menekan angka stunting di Indonesia," kata dia.
Pemerintah menargetkan untuk menurunkan angka stunting di Tanah Air menjadi 14 persen pada tahun 2024 dari saat ini yang berkisar di angka 27 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.